Jumat, 12 Maret 2021

Faham, Kurang faham, Tidak faham, Gagal faham..

Faham, Kurang faham, Tidak faham, Gagal faham..

Salam….!
Apakah benar puncak dari ilmu itu adalah tercapainya segala kehendak diri, atau adakah yang lain daripada itu??
Tingkat terbawah dalam ilmu itu adalah FAHAM, ini wilayah kejernihan logika berfikir dan kerendahan hati, ilmu tidak membutakannya, malah menjadikannya kaya.
Tingkat ke dua terbawah adalah KURANG FAHAM, orang kurang paham akan terus belajar sampai dia paham, dia akan terus bertanya untuk mendapatkan simpul-simpul pemahaman yang benar
Naik setingkat lagi adalah mereka yang SALAH PAHAM, salah paham itu biasanya karena emosi dikedepankan, sehingga dia tidak sempat berfikir jernih. Dan ketika mereka akhirnya paham, mereka biasanya meminta maaf atas kesalah-pahamnya. Jika tidak, dia akan naik ke tingkat tertinggi dari ilmu
Nah, tingkat tertinggi dari ilmu itu adalah GAGAL PAHAM, gagal paham ini biasanya lebih karena kesombongan, karena merasa berilmu, dia sudah tidak mau lagi menerima ilmu dari orang lain
Tidak mau lagi menerima masukan dari siapapun (baik itu nasehat dll ), atau pilih-pilih hanya mau menerima ilmu (nasehat) dari yang dia suka saja, bukan ilmu yang disampaikan, tapi siapa yang menyampaikan..?
Tertutup hatinya, tertutup akal pikirannya, tertutup pendengarannya, tertutup logikanya, ia selalu merasa cukup dengan pendapatnya sendiri, parahnya lagi dia tidak menyadari bahwa pemahamannya yang gagal itu, menjadi bahan tertawaan bagi orang yang paham, dia tetap dengan dirinya, dan dia bangga dengan ke-gagal paham-annya
Kok paham ada di tingkat terbawah dan gagal paham di tingkat yang paling tinggi Bah tuak? Apa tidak terbalik ?
Orang semakin paham akan semakin membumi, menunduk, merendah, Dia menjadi bijaksana, karena akhirnya dia tahu, bahwa sebenarnya banyak sekali ilmu yang belum dia ketahui, dia merasa se-akan-akan dia tidak tahu apa-apa, Dia terus mau menerima ilmu, darimana-pun ilmu itu datangnya, Dia tidak melihat siapa yang bicara, tetapi dia melihat.., apa yang disampaikan..!
Dia paham.., ilmu itu seperti air, dan air hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah, semakin dia merendahkan hatinya, semakin tercurah ilmu kepadanya, sedangkan gagal paham itu ilmu tingkat tinggi, dia seperti balon gas yang berada di atas awan, Dia terbang tinggi dengan kesombongannya, memandang rendah ke-ilmuan lain yang tak sepaham dengannya, dan merasa akulah kebenaran…!
Masalahnya.., dia tidak mempunyai pijakan yang kuat, sehingga mudah ditiup angin, tanpa mampu menolak.
Sering berubah arah, tanpa kejelasan yang pasti, Akhirnya dia terbawa ke-mana-mana sampai terlupa jalan pulang.., dia tersesat dengan pemahamannya dan lambat laun akan dibinasakan oleh kesombongannya… Dia akan mengakui ke-gagal paham-annya.., dengan penyesalan yang amat sangat dalam
Jadi yang perlu diingat.., akal akan berfungsi dengan benar, ketika hatimu merendah…. Ketika hatimu meninggi.., maka ilmu juga-lah yang akan membutakan si pemilik akal.. Ternyata di situlah kuncinya
“Lidah orang bijaksana, berada didalam hatinya, dan tidak pernah melukai hati siapapun yang mendengarnya.., tetapi hati orang dungu, berada di belakang lidahnya, selalu hanya ingin perkataannya saja yang paling benar dan harus didengar…!”
Ilmu itu open ending, makin digali makin terasa dangkal, jadi kalau ada orang yang merasa sudah tahu segalanya, berarti dia tidak tahu apa-apa…! semoga saja engkau selalu mendapatkan taufiq dan hidayah-Nya, serta ilmu hikmah yang bermanfaat dan berkah…

Senin, 13 Januari 2020

> Kafir Itu Indah

Tariklah nafas dalam-dalam.

Santai …. Tenang. Lalu bacalah pelan-pelan.

Saat saya tergabung di majelis orang beriman, ada rasa bangga bersembunyi didada ini. Terasa diri ini sudah bersih. Bersyukur sudah bergabung dengan mereka, yang mulut mereka tak henti menyebut iman, Tuhan, pahala, sorga dan neraka. Dan saya pun melakukan hal yang sama.

Sejak saat itu, saya kasihan dengan orang-orang yang belum beriman. Kapan mereka akan sadar? Kapan mereka akan hidup di jalan yang benar? Kapan mereka akan bisa tersentuh? Kapan mereka akan berhenti berbuat maksiat? Kapan mereka akan berhenti berbuat dosa? Kapan mereka akan berhenti diperdaya kehidupan dunia? Kapan mereka akan mendahulukan akhirat dari dunia?


"Oh Tuhan …. Tunjukilah hati mereka agar mereka kembali ke jalanMu.

Jalan yang suci. Bukan jalan yang mereka lalui. Jalan yang penuh dosa.

Tapi hati mereka tertutup. Hati mereka sudah mengeras. Mereka sudah terpedaya.

Tipu daya setan sudah berkuasa dalam diri mereka.

Hingga tidak bisa lagi membedakan, mana yang baik dan mana yang buruk.

Ya Tuhan, sadarkanlah mereka."

Sekian waktu berlalu …
Kesadaran demi kesadaran berlalu.
Fase demi fase saya lewati.
Berpetualang dalam diri. Jatuh bangun gelisah hati.
Hingga sampailah saya menjadi kafir, seperti saat ini.

Dan kini ,
Tak ada lagi doa untuk orang lain.
Tak ada lagi rasa bangga
Apalagi bersih diri.

Kecuali,
Hanya satu doa yang tersisa:

“Ya Tuhan,
Tolong lemparkan aku kedalam nerakaMu
Agar kutahu betapa diri ini tiada arti.
Agar kusadar betapa diri ini memalukan selama ini"

Jumat, 03 Januari 2020

Setan dan Hamba Tuhan

Hamba Tuhan:


Jumpa lagi dengan anda Tuan setan. E… menyambung diskusi kita tadi,saya jadi penasaran nih. Sebenarnya apa ya makna jihad dalam Islam yang anda pahami?

Setan:
Maaf saya tidak akan mengutip Alquran apalagi hadist anda. Inti jihad itu menegakkan agama Tuhan di muka bumi ini.

Hamba Tuhan:

Seperti yang dilalukan para teroris baru-baru ini di Indonesia?

Setan:
Itu bukan jihad. Itu dalam rangka menyembah setan seperti saya ini.

Hamba Tuhan:

Kan sama juga dengan perang di zaman Nabi Muhammad?

Setan:
Ow beda sekali mas. Tapi tadi sudah saya jelaskan pada wawancara anda sebelumnya.

Hamba Tuhan:

Jadi apa kata kunci dari menegakkan agama Tuhan yang anda maksudkan?

Setan:
Hidup sejalan dengan ajaran Tuhan.

Hamba Tuhan:

Kongkritnya gimana sih?. Anda bisa lebih sepesifik ?

Setan:
Perangi kejahatan,perangi ketidak adilan,perangi kebodohan,perangi kemiskinan,perangi kemunafikan,dan … yang paling tinggi dan paling berat adalah perangi hawa nafsu anda!

Hamba Tuhan:

Kenapa anda mengatakan memerangi hawa nafsu itu yang paling tinggi nilainya dan yang paling berat?

Setan:
Lho tapi itu kata Nabi anda. Makanya baca sejarah. Lalu pahami dan amalkan. Jangan cuma sok beriman. Sok berjihad.

Saya kan mengintip terus segala kegiatan Nabi anda. Bahkan setiap gerak-gerik hatinya. Saya menunggu saat-saat dia kilaf agar saya bisa masuk.

Jadi waktu itu ia katakan pada sahabatnya sehabis perang. Anda ingat perang apa ketika itu?

Hamba Tuhan:

Hmm …. Perang apa ya… Boleh lihat buku nggak?

Setan:
Ya sudah anda jangan pura-pura tahu dan mengarang. Ini juga bukan untuk dihafal. Yang Nabi anda katakan waktu itu adalah jihad yang paling berat itu adalah di sini. Nabi anda menunjuk ke dadanya. Jadi jihad memerangi hawa nafsu. Mengendalikan hati!

Anda tahu apa yang saya rasakan waktu itu?

Hamba Tuhan:

Mana saya tahu om

Setan:
Jangan panggil om. Saya ini setan.
Yang saya rasakan waktu itu adalah saya sangat tersinggung dan merasa kepanasan. Karena hati itulah sasaran empuk saya. Saya dengan teman-teman saya sering ngumpul disitu untuk menggelincirkan anda semua.

Hamba Tuhan:

Jadi hubungannya om?

Setan:
Anda ini keras kepala. Jangan panggil saya om!

Kalau hati itu sudah saya kuasai maka nyaris tidak mungkin anda dengan semua teman anda di muka bumi ini untuk menegakkan ajaran Tuhan. Karena disitulah pusat kehidupan anda. Apalagi iman anda. Itu teman-teman anda yang lagak dan tindak lahirnya seperti orang beriman benar,anda jangan tertipu. Karena saya tahu persis apa yang terbetik di hatinya. Sayalah yang menggerakkan hatinya. Agar mereka ria,agar mereka dianggap beriman,agar mereka dianggap suci. Tapi mereka tidak tahu.

Itu sebanya kehidupan anda di Indonesia ini sudah kacau balau dalam segala bidang. Bahkan dalam bidang agama itu sendiri. Rata-rata mereka menganggap jihad itu adalah perang. Mengangkat sejata. Bom bunuh diri segala. Hahaha… kami komunitas setan tertawa melihat anda semua.

Tapi perang melawan korupsi,perang melawan ketidak-adilan,perang melawan kemunafikan,perang melawan kebodohan,perang melawan kemiskinan dan seterusnya dianggap tidak jihad. Kasihan dengan umat Islam seperti kaum anda. Makanya kuasai hati anda. Jangan terpengaruh oleh bisikan saya. Dan …satu lagi,anda jangan beragama seperti kesetanan. Namanya kesetanan berarti anda sudah bersekutu dengan saya.

Saya bocorkan satu lagi rahasianya ya…

Bantu hati anda dengan akal. Itu dua kekuatan yang saya takuti. Ilmu! Itu harus anda miliki jika tidak ingin tergelincir oleh godaan saya. Nalar! Beragama juga harus menggunakan nalar. Jangan sedikit-sedikit iman. Belum apa-apa iman. Sedikit-sedikit teriak Allahu Akbar sambil mengamuk segala macam. Anda kira itu iman. Padahal saya yang menyusup. Darah anda yang terbakar itu bukan iman. Tapi sayalah yang memompanya.

Okey waktu saya tidak banyak. Saya permisi dulu ya.
Saya mau menghasut teman-teman anda dulu agar mereka lebih mengamuk lagi. Biar semuanya jadi kacau. Yang menggugat Islam dan yang membela Islam akan saya hasut semuanya agar benar-benar tidak bisa dibedakan lagi mana yang asli beriman dan mana yang tidak. Mana yang benar-benar jihad dan mana yang tidak. Termasuk saya juga akan masuk mesjid,untuk bersigayut di hati mereka yang sedang sholat. Agar benar-benar kacau semuanya. Agar benar-benar tidak bisa dibedakan lagi mana yang asli beriman dengan yang tidak antara mereka yang taat beribdah dengan yang tidak hahahaha….!

Rabu, 01 Agustus 2018

KITAB LAYANG MUSLIMIN MUSLIMAN JILID-1

PAGUNEMAN PAPAHAMAN ELMU AGAMA & PA-TAUHIDAN

Jejer bubukaning carita, nyaritakeun di hiji nagara jujuluk Ragataya.ari jenengan rajana nyaeta Prabu Jasaddiyah, Prameswarina jenengan Ratna Atiyah.
Parantos kagungan putra dua pemeget, jenenganana, anu cikal Raden Muslimin, raina Raden Muslimat. Duanana parantos pada-pada dewasa, estuning dipikadedeuh ku ibu rama, diatik elmu pangaweruh pikeun kaperluan hirup di dunya, oge diimbangan ku “Elmu Agama” pikeun jalan pulang engke ka akherat. Raka sareng rai istuning pada hormat, ngesto suhud kana piwejang Rama sareng Ibu. Kacaturkeun sakur piwuruk Rama parantos kapaham, kaharti ku pikir, sumurup kana kalbuna, sasat Rd. Muslimin sareng Rd. Muslimat teh parantos ngaraos sawawa, pasagi pangarti, pangpangna bag-bagan Elmu Agama. Nya Rd. Muslimin sareng Rd. Muslimat teh pamitan ka Ibu Ramana, seja ngalih tempat ka “ Lembur Singkur ”, supados langkung khusyu enggoning ngalenyeupan Elmu Agama. Ku Ibu sareng Ramana diwidian, bari dijajap ku du’a restu. Saparantos raka sareng rai araya di lembur singkur, beberes bebenah supaya tumaninah tur ngarasa betah.
Dina hiji waktos, nalika Raden Muslimin nuju anteng ngalenyeupan Elmu anu aya dina kitab,
norojol raina Raden Muslimat, gek calik payuneun bari sila meneko, bari pok nyanggem :

@Rd. Muslimat : Manawi salira engkang nuju rineh, mugi ridho galih, kersa ngajelaskeun perkawis elmu agama anu ku rai teu acan kapaham pisan.
@Rd. Muslimin : Insya Allah rai, anu sakinten engkang terang mah, atuh anu ku engkang can kapaham, urang sasarengan pilari. Cing perkawis naon anu masih keneh teu acan ngartos teh ?.
@Rd. Muslimat : Anu bade ditaroskeun teh, anu kahiji perkawis “ kecap Agama “, naha tina bahasa naon?, naha bahasa Arab, Sunda, Jawa, anu kaduana “ gunana Agama “, pikeun manusa?.
@Rd. Muslimin : Rai !, ari kecap Agama mah lain tina bahasa Arab, tapi tina bahasa Sangsekerta.
Ari hartina, geura urang recah :
A, hartina “ henteu “.
Gama, hartina “ Kacau “.
Jadi lamun dihijikeun mah A- Gama teh hartina “ henteu kacau “.
Gunana pikeun manusa, atuh jelas mangrupa “ ageman, padoman, tuntunan “ sangkan hirupna ulah kasasar, sangkan tujuanana tepi kanu dituju.
@Rd. Muslimat : Euh…….tadina rai mah nyangka teh tina bahasa Arab, dumeh Agama Islam diturunkeun di tanah Arab. Dupi bahasa Arabna naon agama teh ?.
@Rd. Muslimin : Ari bahasa Arabna mah Agama teh “ Din “.
Geuning dina dalilna oge kieu “ INNA DINNA INDALLAHIL ISLAM “,
Sundana : “Mungguh Alloh, Agama Islam teh anu pangluhung-luhungna”.
Teras sanggeum hadist Rasululloh kieu : “ AWALUDINI MA’RIFATULLOH “,
Sundana : “ Awal-awalna Agama teh kudu Ma’rifat heula ka Alloh”.
@Rd. Muslimat : Nuhun kang, ngartos ayeuna mah, boh kecapna boh gunana.
Cohagna mah upama manusa sajeroning di umbarakeun di dunya supaya ulah kacau, nya kudu ngaranggeum agama. Tapi…. Rai sok mendakan, kanyataan di masyarakat, aya sawatara tukang ngolah tur mamatahan agama, teupika teu patanya jeung tukang ngolah agama deui, alatan ragot sawala ngeunaan “ kaidah-kaidah agama “. Tah upami nu kitu kumaha ?.
@Rd. Muslimin : Nya upami dugi ka pasea tur teu patanya mah, nya kacau tea, papalimpang jeung kecap Agama.
Anggap bae teu ber-Agama, tapi da dituduh kitu mah moal teuing kersaeun.
@Rd. Muslimat : Ke……ari di turunkeunana agama ti kawit iraha ?, naha ti mimiti Nabi mana ? …….
Cing manawi aya katerangan .. ?.
@Rd. Muslimin : Ti jaman Nabi ka hiji, Nabi Adam oge parantos nurunkeun agama mah, da tadi oge kapan agama mah pikeun sakumna umat manusa. Ngan di luyukeun sareng kaayaan waktu harita.
Contona geuning aya katerangan, nalika jaman Nabi-nabi, sateacan Nabi Muhammad termasuk ngeunaan sahadat-na para Rasul, di antawisna :
RASUL NU KA HIJI NABI ADAM A.S
 “ASHADU ANLA ILAHA ILALLAH WA ASHADU ANA ADAM HALIFATULLOH”
Dawuhan Gusti Alloh : Maneh Adam dikersakeun ku Kami jadi utusan, tapi maneh ayeuna ulah hayang Ma’rifat ka Kami, kanyahokeun heula wujud maneh pribadi, sabab wujud maneh eta kanyataan ayana Kami. Kapan ceuk dalilna oge :
“WALLAHU BATHINUL INSAN AL INSANU DOHIRULLAH”
Artina : Jeung Alloh teh batinna manusa ari manusa dohirna Allah (di ibaratkeun wadah jeung eusina).
Jeung maneh Adam kudu solat 2 (dua) roka’at, waktu subuh pikeun tumarima, hiji boga nyawa kaduana boga wujud.
RASUL NU KA DUA NABI ENUH A.S
“ASHADU ANLA ILAHA ILALLAH WA ASHADU ANA ENUH HABIBULLOH”
Dawuhan Gusti Alloh : Maneh Enuh dikersakeun ku Kami jadi utusan, tapi maneh ayeuna ulah hayang Ma’rifat ka Kami, kanyahokeun bae heula denge maneh pribadi, sabab denge maneh eta Pangdenge Kami. Kapan ceuk dalilna oge : “SAMI WAL SAMIAN”. (Artina : Ceupil jeung Pangdanguna ).
Jeung maneh kudu solat waktu duhur lobana 4 (opat) roka’at, sing tarima boga dua ceupil jeung dua suku. RASUL NU KA TILU NABI IBRAHIM A.S
“ASHADU ANLA ILAHA ILALLAH WA ASHADU ANA IBARAHIM HALILULLOH”
Dawuhan Gusti Alloh : He Ibrahim Maneh dikersakeun ku Kami jadi utusan, tapi montong hayang Ma’rifat ka Kami, kanyahokeun bae heula paninggal maneh pribadi, sabab paninggal maneh eta Paninggal Kami. Kapan ceuk dalilna oge : “BASHIR WAL BASHIRAN”. (Artina : Soca jeung Paninggalna ).
Jeung prak maneh kudu sujud, solat waktu ashar lobana 4 (opat) roka’at, kudu tarima ngabogaan dua siki mata jeung dua leungeun kenca katuhu.
RASUL NU KA OPAT NABI MUSA A.S
“ASHADU ANLA ILAHA ILALLAH WA ASHADU ANA MUSA KALAMULLOH”.
Kitabna nyaeta Taurat.
Dawuhan Gusti Alloh : He Musa Maneh dikersakeun ku Kami jadi utusan aing pribadi, tapi montong hayang nyaho kana Dhat-Sifat Aing, kanyahokeun heula pangucap maneh pribadi, sabab pangucap maneh eta Pangucap Kami. Kapan ceuk dalilna oge : “KALAM WAL MUTAKALIMAN”. (Artina : Ucap jeung Nu ngucapkeun ). Jeung prak maneh geura solat waktu maghrib lobana 3 (tilu) roka’at, sabab saperkara boga baham, kaduana boga lisan, katiluna boga ati.
Sedengkeun saatos jaman Nabi Musa diteraskeun ku Nabi Dawud A.S. Ari Kitabna nyaeta Jabur.
RASUL NU KA LIMA NABI ISA A.S
“ASHADU ANLA ILAHA ILALLAH WA ASHADU ANA ISA ROHULLOH”.
Ari Kitabna nyaeta Injil.
Dawuhan Gusti Alloh : Maneh Isa dikersakeun ku Kami geus jadi utusan Kami, tapi teu kudu hayang nyaho kana Dhat Kami, kanyahokeun bae heula Napas maneh pribadi, sabab Napas eta kanyataanana hirup Kami.
Prak maneh geura solat Isa 4 (opat) roka’at, lantaran di maneh eta ngabogaan 2 (dua) liang irung, katiluna Nafas, nu kaopat geutih, geus bukti sabab lamun geutihna lampus, nafasna oge moal aya.
RASUL NU KA GENEP NABI MUHAMMAD S.A.W “ASHADU ANLA ILAHA ILALLAH WA ASHADU ANA MUHAMMAD RASULULLOH”.
Ari kitabna nyaeta Al-Qur’an.
Dawuhan Gusti Alloh : He Muhammad Maneh teh utusan Kami, ka Kami maneh kudu Ma’rifat, sabab maneh anu pang deuheusna, Kapan ceuk dalilna oge :
“AL INSANU SIRI WA ANA SIRUHU”. (Artina : Sategeusna maneh Muhammad rasa Kami, jeung Kami teh rasa anjeun) kapan pangkatna oge Muhammad – Rasululloh,. Ieu kami mere Buroq pikeun engke ngadeuheus ka hadirat Kami, Jeung turun ka anak incu, terus ka para Wali sadayana, Muslimin para Aulia, nu menang pitulung Gusti, malah nepi ka poe Qiyamah. Tingali lafadna Nabi-nabi : Adam, Enuh, Ibrahim, Musa, Isa. Sadayana teu ngangge tasjid ( ), iwalti Nabi Muhammad, sami sareng lafad Alloh, netelakeun carita teu aya deui, yen Nabi Muhammad anu dipaparin Konci keur ngadeuheus ka Hyang Agung. Jadi sanajan ayeuna umat Nabi, tangtu bisa, lamun kapanggih “Tasjidna” asal suhud neanganana, dibeulina ku prihatin, tirakat mutih puasa sareng dibarengan ku TEKAD – UCAP – LAMPAH anu suci. Mangga lenyeupan. Saur sepuh : “KERIS MANJING WARANGKA, WARANGKA MANJING CURIGA”.
@Rd. Muslimat : Ke kang….aya bedana antara kitab Tauret, Jabur, Injil, sareng Qur’an atawa sami ?.
Rd. Muslimin : Tadi oge parantos diterangkeun, yen diturunkeunana wahyu teh gumantung kana kaayaan, kana kaperluan. Atuh tangtu loba bedana mah. anu nonjol bedana mah kieu. Ari kitab anu tilu mah ( Tauret, Jabur, Injil ), ngan nyarioskeun sajarah masing-masing Nabi-na, henteu nerangkeun dugi ka akhirna jaman, atawa akhirna dunya.
Sedengkeun Al-Qur’an mah, eusina teh nerangkeun ti awalna dugi ka akhirna, anu mawi disebat WAL AWALU – WAL AKHIRU, ti kawit Nu Maha Suci (Dzat) jumeneng “ Sifat “ nyaeta Nur, atawa Hakekat Muhammad (Johar Awal), teras janten Nur Muhammad, teras ngajantenkeun Alam Semesta, teras ngajantenkeun Adam sareng Hawa, dugi ka janteun Muhammad Nabi Panutup, terus ka umat-umatna, tug dugi ka engke Kiamat.
@Rd. Muslimat : Ke….kang !, Al-Qur’an teh cenah sok disebut Dalil atawa Pangandika Alloh, naha sareng Kanjeng Nabi Muhammad teh kantos pajonghok kieu, teras masihan wahyu ?, atawa kumaha ?.
@Rd. Muslimin : Rai, eta alus patarosan teh hartina rai teh maju emutan. Kapan sanggem Rasululloh oge : “ TAFAKKURU SA’ATIN KHAIRUN MIN IBAADATI SAB’IYNA SANATAN “. (Anu hartosna : mikir /tafakur samenit atawa sakedeung leuwih alus batan ibadah 70 taun). Ngan eta patarosan teh nenggeul teuing sok sanaos diterangkeun oge, moal ujug-ujug jelas katarimana, eta mah kudu malapah gedang heula. Ke urang papay saeutik-saeutik. Keur saheulaanan mah, kumaha lalakon Muhammad nalika di “ Guha Hiro “ kasumpingan Malaikat Jibril masihkeun wahyu anu kahiji.
@Rd. Muslimat : Punten kang….nafsu teuing abdi, da hoyong enggal-enggal jelas atuh. Leres tah lalakon di Guha Hiro teh, kumaha cara ibadahna di dinya teh ?, naha cara solat anu ayeuna ?. teras cenah ku Malaikat Jibril teh dikaluar-kaluarkeun heula getihna anu kalotorna, leres kitu eta teh ?. Rd. Muslimin : Rai…..ari tata cara ibadah di Guha Hiro waktos harita mah, tangtu oge lain kawas rokaat-rokaat atawa pertingkah solat jiga ayeuna, kapan ibadah solat mah diwajibkeunana oge saparantos Kanjeng Nabi Muhammad SAW di Isro jeung di Mi’rajkeun ka Sidratul Muntaha/langit katujuh tea. Ari sateuacan eta mah panginten sapertos SIDAKEP SINUKU TUNGGAL, keyeng manteng sumerah diri ka Nu Maha Suci, kop badak, kop maung ceuk babasaanana, ridho masrahkeun ka nu Maha Suci. Tah upami jalmi anu terus-terusan kitu, atuh pasti moal kaancikan nafsu anu teu pararuguh, nafsu anu kalotor anu ngancik ngagoda diri teh kalaluar laleungit, kitu eta jelasna matak ceuk dongeng dikaluarkeun getihna anu kalotor. Ari anu jadi nafsu teh kapan tina getih. @Rd. Muslimat : Kahartos kang, rada ngagebray ayeuna mah. lamun kitu mah, panginten ku bersihna “ Qolbu” Kanjeng Nabi Muhammad SAW, anu tiasa nangkep kana sagala rupi Wahyu-Wahyu Illahi teh leres kitu kang ?.
@Rd. Muslimin : Tah geuning parantos rada calakan meueusan. Arek bisa nangkep kana rahasiah-rahasiah Alloh kumaha, upama kaayaan poek mah. anu mawi rai…., anu hese teh usaha sangkan QOLBU atawa HATE bersih tina kokotor-kokotorna, boh kokotor anu lemes (hadas leutik) boh anu katara (hadas gede). Jadi wayahna kudu perang salilana, da musuhna ngagulung di diri urang, sawaktu-waktu datang ti luar diri urang, nyaeta ti papada urang.
@Rd. Muslimat : Ke….kang !, masih keneh dina soal Kitab Al-Qur’an. Naha tina wahyu-wahyu anu katampi ku Kanjeng Nabi Muhammad SAW teh disusun ku mantenna atawa kusaha ?. Rd. Muslimin : Rai…!, boh wahyu anu perantaraan Malaikat Jibril, boh Isyarat atawa tanda-tanda ti Nu Maha Suci, nu katangkep ku “ Caangna manah Kanjeng Nabi Muhammad SAW, diterjemahkeun kana bahasa Arab, didugikeun ka para Sahabat. Ku para sahabat di catetkeun dina naon bae anu kaleresan harita aya, begitu nampi, terus dicatet. Da disusunna mah saparantos Kanjeng Nabi pupus nyaeta ku Sayidina Usman, saparantos ngalangkungan musyawarah mufakat.
@Rd. Muslimat : Tah…ayeuna mah, anu bade ditaroskeun teh faedahna atawa gunana Al-Qur’an keur manusa, mugi engkang kersa ngajelaskeun.
@Rd. Muslimin : Kieu….rai !, manusa di umbarakeun ka Alam Dunya teh lain tur kitu wae, tapi puguh Tujuan jeung Tugasna. Ari Tujuan-na aya dua tahap :
TAHAP KAHIJI
Tujuan jangka pendek, nyaeta kudu bisa nyaluyukeun diri jeung kahirupan di Alam Dunya (Pidunya Hasanah).
TAHAP KADUA
Tujuan jangka panjang, nyaeta Perjalanan mulang deui kana asal urang nyatana Alam Akherat. Sagala tekad, ucap, lampah keur di Alam Dunya teh kudu jadi pangdorong kana kalancaran “ WA INNA ILLAIHI ROJI’UN “. Sedengken Tugas-na nyaeta kudu bisa nyuburkeun di Bumi Alam ieu. Hartina kudu bisa ngagolangkeun modal ti Nu Maha Suci nyaeta BADAN JASMANI jeung BADAN ROHANI. Tina Rohani kudu bisa ngagelarkeun BUDHI (CIPTA, RASA, KARSA). Sedengken tina Jasmani ngagelarkeun eta Cipta, Rasa jeung Karsa, nya ngajanggelek hasilna disebut “ Karya” atawa hasil pagawean. Dina palebah dieu, jelema mah gumantung kana museurkeun “ Cipta, rasa, jeung karsana “, kana ciptaan atawa dadamelan Allah SWT, anu “ Dua pasangan “ nyaeta “ Alam Semesta sareng Agama pikeun imbangannana.
@Rd. Muslimat : Cing sing jentre kang…!, tadi sanggeum engkang gumantung kana museurkeun ciptaanana anu dua papasangan tea. Ayeuna kumaha upama salah sahiji jalma anu museurkeun kana ciptaan Allah nyaeta kana Alam Semesta ?.
@Rd. Muslimin : Upami museurkeun kana Alam semesta atawa benda, bakal ngahasilkeun mangrupi “ Elmu teknologi “, saperti dilaksanakeun ku bangsa deungeun (urang eropa), geuning ku urang ayeuna kasaksi jeung karasa, jadi lampu listrik, jadi kendaraan di darat, dilaut, diudara, jadi telepon, jadi Radio, jadi televise, jadi senjata (ti nu leutik tepikeun ka Bom jeung Atum). Tah teknologi ieu upama teu di imbangan ku ajaran Agama, bakal atawa jadi ancur. Contona : Ku hasil karyana mangrupa bom jeung rudal, kapan dicadangkeun keur maehan jalma. Jadi nya gede mangfaatna, oge gede bahayana pikeun kahirupan umat manusa. Jedi perlu diimbangan. Rd. Muslimat : Tah ayeuna kumaha jalma anu muserkeun teuing ka Ciptaan Allah SWT, anu mangrupa Agama ? Rd. Muslimin : Upama jalma muserkeun teuing kana “Agama”, eta akibatna awon bakal “ Leuleus”, dina arti bakal katinggaleun dina widang elmu teknologi, pikeun nyumponan kaperluan kahirupan, cohagna mah leleus dina ngudag kamajuan jaman. Pek ku rai titenan kamajuan urang atawa bangsa-bangsa Eropa, Amerika, jeung bangsa-bangsa timur tengah, oge urang Asia kaasup Indonesia ?, kapan bangsa Eropa jeung Amerika mah disebutna oge nagara maju. Rd. Muslimat : Hatur nuhun kang !, kahartos, sihoreng kudu saimbang paingan saur sepuh, kudu “ Sineger tengah”. Jadi upami kitu mah urang teh kudu pinuh ku elmu, pasagi ku pangarti, boh elmu lahir, boh elmu batin. Elmu lahir anu muserkeun kana “ Ngali, naliti Alam Semesta”, pikeun nyumponan kaperluan kahirupan di dunya salila diumbarakeun. Elmu batin mah atawa ajaran Agama mah pikeun pangenyed, ngelesan supaya ulah mangprung teuing, bisi hasil elmu lahirna lain jadi mangfaat keur papada manusa, tapi sabalikna jadi mamala pikeun umat manusa. Parantos kang !, kahartos kana tugas manusa sajero di pangumbaraan mah, cohagna mah kudu boga elmu, kudu pinter bari bener (Pi dunya khasanah). Tah ayeuna teraskeun kana “ Tujuan jangka panjang”, (Wa pil akhiroti khasanah), suapaya salamet perjalanan mulang deui ka akherat atawa “ WA INNA ILLAIHI ROJI’UN ”, mulang deui ka Allah SWT. Rd. Muslimin : Rai !, lancar jeng henteuna, salamet jeung henteuna enggoning mulang deui ka akherat atawa kana Asal tea, gumantung nalika aya di dunyana, gumantung “ Elmuna” tea, boh elmu keur kaperluan di dunyana, naha elmu anu dipibandana teh jadi “ Karya” henteu ?, lamun geus jadi karya, naha anu matak mangfaat atawa anu matak jadi mamala keur manusa atawa oge karya anu mubah ?. Lamun karyana matak mangfaat, naha parantos di amalkeun ka papada manusa?. Catet Rai !, Elmu jeung Karya anu di amalkeun nu nunjel kana kalancaran, kasalametan urang engke ka akherat. Ari jelema anu teu boga elmu jeung karya mah, hartina anu teu ngalaksanakeun tujuan jeung tugas, atuh moal boga bekel boh keur dijalan boh keur engke geus datang ka akherat. Rd. Muslimat : Ke…kang !, et amah nembe elmu kanggo kaperluan di dunya, nyaeta elmu pengetahuan sareng kaparigelan oge teknologi, ari ngeunaan elmu Agama kumaha nunjelna kana pamulihan ka akherat engke?. Rd. Muslimin : Euh…! Leres ampir wae hilap. Elmu ka-Agamaan mah rai, atuh anu nangtukeun pisan pikeun kalancaran mulang ka Asal. Penting pisan “ Elmu Agama” ieu disused sing tepi ka tutug, sabab lamun henteu tutug, engke bakal utag atog. Ari anu utag atog teh biasana oge anu poekeun. Kusabab kitu, ngajina sing tepi ka “ CAANG “, ngarah teu utag atog. Syaratna kedah tumutkeun sakumaha dawuhan Kanjeung Nabi Muhammad Rasululloh SAW. Nyaeta “ AWALUDINI MA’RIFATULLOH ”. Ceuk sundana : Ari awal-awalna Agama kudu nyaho heula ka Alloh. Ngandung harti, urang teh kudu maluruh heula “ INNA LILLAHI “ nyaeta “ Asal ti Allah”. Eta rai, rumasa asal ti Alloh ?. Rd. Muslimat : Ari engkang !, atuh kantenan rumasa mah….. Rd. Muslimin : Emut rai waktos lungsur ti Alloh ? Rd. Muslimat : Nya henteu atuh. Rd. Muslimin : Ceuk saha atuh asal ti Alloh teh ?. Rd. Muslimat : Kapan sanggeum jeung Rama, oge jeung Ibu, malah ti rerencangan, sanggeum Mama Ajengan, sanggeum Ustas, sanggeum Pa Haji, sareng seueur-seueur deui anu masihan wartos, sami sanggeumna teh asal manusa teh ti Alloh. Ari kitu kumaha ? Rd. Muslimin : Kieu …..rai,…..rai anu percaya teh sing tepi ka yakin, komo deui percanten ka Alloh anu wajib di sembah ku urang. Kapan ceuk dalil oge : ﻮﺍﻋـﺒـﺪ ﺮﺒـﻚ ﺤـﺗﻰ ﻴﺎﺗـﻴﻚ ﺍﻠﻴـﻘـﻴﻦ WA’BUD ROBBAKA HATTA YA’TIYAKAL YAKIN, Anu hartosna : Nyembah ka Alloh teh kudu sidik sarta yakin. Tah upama urang percayana asal ti Alloh karana eceuk, beja ti papada urang atawa ti papada manusa, eta percayana atawa iman-na teh disebut Iman Taklid, atawa Ilmu Yakin Rd. Muslimat : Janten Iman Taklid mah, upami beja ti papada manusa. Kumaha upami sanggeum katerangan dalil ?, kapan dalil teh Pangandika Alloh ?. Rd. Muslimin : Tah upami aya katerangan tina Dalil atawa Hadist, eta kapercayaan atawa iman-na teh disebut Iman Idlal atawa Aenal Yakin. Rada undak tina Iman Taklid. Rd. Muslimat : Janten kedah percaya atawa Iman kumaha atuh anu saleresna ?, cing pasihan terang !. Rd. Muslimin : Kedahna teh dugi ka Iman Tahkik atawa Haqul Yakin, lain cenah ceuk papada manusa, lain ceuk dalil atawa hadist, tapi tina eta dua beja teh parantos di buktikeun, tur dirasakeun ku diri pribadi. Jadi ceuk kuring pribadi. Urang ibaratkeun kana Film di bioskop, sanajan nampi wartos ti rerencangan yen aya Film rame, terus dikuatkeun deui ku “ Pamplet” boh anu ditapelkeun boh anu di awur-awur, lamun semet terang beja kitu, moal matak jadi yakin. Tapi upami rai nyalira teras angkat, meser karcis, teras lebet nongton, kasaksian enya pisan beja teh bener. Tah ibarat kitu urang percaya atawa iman, yakin ka Alloh teh. Rd. Muslimat : Rada aya cepengan eta katerangan ti engkang teh , mung carana hoyong dugi ka Iman Tahkik atawa Haqul yakin teh kudu kumaha ? Rd. Muslimin : Atuh nya kedah terang elmuna sareng terang jalanna atawa tarekahna. Lamun elmu rai, atawa katerang rai ngan semet beja atawa ceuk, cenah mah, nya ngan semet “ Basa”. Tina “ Maca” jadi “Basa”, henteu nepi “Karasa”. Upami hoyong dugi kana “Karasa”, nya kedah susul sakumaha anu parantos dipayunkeun tadi tuntunan ti Rasululloh nyaeta hadist : AWALUDINI MA’RIFATULLOH. Janten rai teh wayahna kedah neleman “ Elmu Ka-Ma’rifatan”. Naming sateuacanna kadinya teh kedah terang heula kana RUKUN AGAMA. Rd. Muslimat : Ke…kang !, rai mah nembe nguping aya Rukun Agama, manawi teh ngan Rukun Iman sareng Rukun Islam wungkul ?. cing mangga ku engkang dadarkeun ? Rd. Muslimin : Anu matak oge rai…..!, kedah ngotektak, kedah rapekan, da elmu mah moal aya tungtungna. Omat ulah dipenggeul ku parantos ngaraos tutug, atawa nutup “ Elmu et amah lain bantrak-bantrakeun urang” pokna teh , padahal eta teh elmu jungjungan urang Kanjeng Nabi. Tah anu kitu nutup diri, hartina ngawatesanan ngarasa sugema semet dinya. Ayeuna engkang bade naros ka rai, ari rai perkawis cepengan Agama, kasaha ngadunungan teh ? Rd. Muslimat : Nya ka Kanjeng Nabi Muhammad SAW, panginteun engkang oge sami, pokona anu ngangken Agama Islam mah pasti ka Anjeunna. Rd. Muslimin : Sedengkeun ayeuna anu didunungan, anu dituturkeun ku urang parantos pupus, parantos teu aya di ieu Alam dunya, tah….ayeuna urang rek nurut teh kana naonnana ? Rd. Muslimat : Nya tangtosna oge kana “ Elmuna”, boh anu aya rengkolna dina tulisan, atawa anu diwasiatkeun, pikeun diesotkeun, diturut ku sing saha anu ngangken ka Anjeunna. Rd. Muslimin : Tah upami kitu, mugi kauninga ku rai, yen “Elmu” (katerang) anu jadi ageuman Kanjeung Nabi Muhammad SAW. teh sagemblengna disebatna nya “ RUKUN AGAMA “ tea. Ari Rukun teh sauyunan atawa runtut, ari Agama, hartina nya sakumaha parantos diterangkeun ti payun nyaeta “Henteu kacau”. Rd. Muslimat : Ke…kang !, ari basa sauyunan mah diterapkeunana teh kedah kanu langkung hiji, naha ari rukun Agama teh sabaraha hiji ? Rd. Muslimin : Da memang sanes hiji, sadayana teh aya 4 (opat) tahap. Hiji-hijina nyaeta : ELMU SYAREAT ELMU TAREKAT ELMU HAKEKAT ELMU MA’RIFAT Tah ieu Elmu Kanjeung Nabi Muhammad SAW. Dina bag-bagan Agama Islam teh, antara ka hiji sareng ka dua, sareng nu ka tilu, oge sareng nu ka opat teh istuning pakuat-pakait (satu kesatuan). Rd. Muslimat : Kang !, teu tiasa kitu bae kedah aya dasar hukumna, cobi rai pasihan terang !. Rd. Muslimin : Ih…. Kantenan atuh ay amah, kieu geura : Engkang sering nguping ti para Ulama, kieu sanggeumna : “ Ari neuleuman Agama teh kudu nete taraje nincak hambalan, kudu Iman heula, terus kedah Tauhid, kedah Ma’rifat, salajengna nembe Islam. Tah geuning parantos kasebat Ma’rifat. Engkang kantos nguping kieu : “ SYAREATUN BILLA HAQIQATUN ATILLATUN”. Anu hartosna : “ngaji sareat lamun teu jeung hakekat, cenah kosong”. Atuh sawangsulna “ HAQIQATUN BILLA SYAREATUN BATILLUN”. Hartosna : “ngaji hakekat lamun teu jeung sareat, cenah batal”. Dawuhan Kanjeung Nabi Muhammad SAW kieu : Ari SYAREAT teh : Caritaan Kami. Ari TAREKAT teh : Pagawean Kami. Ari HAKEKAT teh : Kalakuan Kami. Ari MA’RIFAT teh : Tujuan Kami. Hadist Rasululloh : ﺍﻮﻠـﻮﺪ ﻴﻦ ﺍ ﻤﻌﺮﻓـﺔ ﺍﷲ ﺗﻌـﻼ AWALU DINI MA’RIFATULLAHI TA’ALA Anu hartosna : “awal-awalna Agama kudu nyaho heula ka Alloh Ta’ala”. Rupina rai…!, pikeun saksi yen leres elmu Kanjeung Nabi Muhammad SAW. Aya 4 (opat) tahap, di anggap cekap heula. Rd. Muslimat : Parantos cekap kang, kantun mugi sakantenan jelaskeun kumaha tah peretelan hiji-hijina. Rd. Muslimin : Puguh oge da sok nyosok jero. Urang sacara gurat badagna wae, kieu geura : Ari Elmu Sareat teh tahap munggaran anu nekenkeun kana ka Imanan, yen Alloh SWT teh aya. Nya didadarkeun ku Rukun Iman anu genep perkara tea. Tah pikeun ngabuktikeun ka Imanan teh, kudu daek ngalaksanakeun sagala aturan-aturan atawa katangtuan katut kadisiplinan “ ibadah” anu di tangtukeun dina Rukun Islam anu lima perkara tea. Atuh kudu bisa ngahargaan atawa ngahormat ka “ Kolot”, ka “Guru”, ka “ Pamingpin” (Penguasa), tur kudu patuh kana aturan-aturan kamasyarakatan sareng ngajaga kasaluyuan lingkungan. Cohagna, Syareat mah muser dina “ Sah jeung batalna ibadah”, boh “ Hablum minalloh”, boh “Hablum minannas”, nekenkeun ibadahna ku pamolah jasad. Tapi…..rai, upami jalmi parantos ngaraos cekap semet ibadah Syareat upami nembe ngaku percaya wungkul ka Alloh (kakara “ Taklid” sareng “ Idlal” ), teras nembe terang sarta apal kana hukum-hukum, kawajiban-kawajiban, katut sah batalna ibadah, eta teu acan cekap tiasa numuwuhkeun “ rasa sieun ku Alloh”, upami teu disarengan ku “ nitenan atawa ngelesan jiwa”. Ibarat tukang “madu gula”. Tina ngupingkeun, tina Maca bakal jadi Basa, can tangtu Karasa ku pribadina. Anu mawi sanggeum Kanjeung Nabi Muhammad SAW, Syareat teh Caritaan Kami. Rd. Muslimat : Janten ibadah teh ulah betah semet dinya nya kang ?, ayeuna cobi teraskeun kana tahap ka dua “ Tarekat “. Rd. Muslimin : Ari Elmu Tarekat mah, undakna tina Elmu Syareat, mesek tur neleuman, ngalenyeupan (penghayatan) elmu syareat, teras neangan jalan, cara pikeun ngaronjatkeun ajen ibadah, tarekah ngabersihan “ Hate atawa Qolbu “ tina kotoran-kotoran “ Hawa Nafsu” anu ngancik teu pisah di diri manusa. Pastina oge bakal ngaronjat ajen tata cara hirupna. Ibadah dina Tarekat mah muserkeun “ Pamolah Kalbu/hate” saolah-olah dipencrong ku Alloh SWT. DINA AL-QUR’AN DI JELASKEUN : Thariqat ( ﻄﺮﻴـﻘـﺔ ) Artina : Jalan atau Usaha pikeun menuju ka Allah. ﺍﻴﺎ ﻴـﻬﺎ ﺍﻠﺬ ﻴﻦ ﺍﻤـﻧﻮﺍﺍﺗـﻘـﻮﺍﺍﷲ ﻮﺍﺒـﺗـﻐﻮ ﺍﺍﻠﻴـﻪ ﺍﻠﻮﺴـﻴﻠﺔ ﻮﺠﺎﻫـﺪﻮﺍﻓﻰ ﺴـﺒـﻴﻠﻪ ﻠـﻌـﻠﮑﻤ ﺗـﻔﻠﺤﻮﻦ ە۳ Artina : “Hai jalma-jalma anu iman, kudu tarakwa ka Allah, jeung usahakeun / teangan Jalan (ﺍﻠﻄﺮﻴـﻘـﺔ ) anu ngadekeutkeun maraneh ka Manten-Na. Jeung kudu Jihad tina Jalan-Na (Allah) ngarah maraneh menang kemenangan (Dunia-Akhirat)”. (Q.S. Al-Maidah Ayat 35). WA ANNA MINNAA SHOLIHUUNA WA MINNAA DUUNA DALIKA KUNNA THARAAIQO QIDADAN Anu hartosna : Sabenerna di antara maraneh aya jalma-jalma anu saroleh, oge aya anu henteu. Eta teh maraneh nyarokot jalan (Tarekat) anu beda-beda. (QS. Al-Jin Ayat 11). ﻮﺍﻦ ﻠﻮﺍﺴـﻘـﺎ ﻤﻮﺍﻋﻠﻰ ﺍﻠﻄﺮﻴـﻘـﺔ ﻻ ﺴﻘـﻴـﻧﻬﻤﻤـﺎﺀ ًﻏـﺪ ﻗﺎ ۱٦ Artina : “Jeung saenyana lamun maranehna tetep tumetep dina jalan anu lurus ( ﺍﻠﻄﺮﻴـﻘـﺔ ) sesuai kalawan ISLAM, saenyana Kami baris mere nginum anu bisa ngaleungitkeun hanaang jeung haus”. (Mere pituduh Tarekat pikeun ngaleungitkeun jiwa anu kalangsu jeung sesat).” (Q.S. Aj-Jin Ayat 16). Pituduh Hadits ngeunaan Tarekat, nurutkeun katerangan ti Sahabat Sayidina Ali kieu : “ Kuring tumaros ka Rasululloh, Ya Rasululloh jalan (Tarekat) anu mana anu paling deukeut pisan ka Alloh, sareng panggampil-gampilna salaku Abdi Alloh tur anu pang mulya-mulyana di payuneun Alloh SWT ?. Waler Rasululloh : “ Ya Ali, penting pikeun anjeun sing ngalobakeun khusyu “ Dzikir” ka Alloh. Syaidina Ali : “ Saban jalma Dzikir ka Alloh ? Rasululloh : “ Ya Ali, moal kajadian kiamat, satungtung anu nyaricingan di luhur bumi ieu, jalma-jalma sok ngarucapkeun Alloh….. Alloh. Syaidina Ali : “ Kumaha carana Dzikir ya Rasululloh ? “. Rasululloh : “ Cing peremken panon anjeun, sarta dengekeun naon anu di ucapkeun ku Kami”. Teras Rasululloh masihan conto, ngucapkeun “ LAA ILAHA ILALLAH “ tilu kali, bari socana peurem. Syaidina Ali : “ Nurutan sakumaha anu di contokeun ku Rasululloh ngucapkeun “ LAA ILAHA ILALLAH” tilu kali bari pereum. Tah ajaran ieu, saterusna ku Syaidina Ali di ajarkeun deui Hasan – Husen sareng pala putra putrina dugi ka para Allul Bait-na. Saterusna mah nya ngawujud jadi Elmu pendidikan anu ayena disebat elmu Tarekat / Tasawuf. Jelasna, yen tarekat / tasawuf teh, mangrupa bagian tina Elmu Sareat. Lamun Elmu Sareat wajib dikanyahokeunana ku sakumna Muslimin, atuh tarekat / tasawuf oge hukumna wajib di kanyahokeun. Imam Malik : ngaringkeskeun jalan pikiran ngeunaan ha lieu, sarta pamadeganana kieu : “ MAN TAFAQQOHA BIGHOIRI TASSAWWUFIN FAQOD TAFASSAQA WA MAN TASSAWUF BIGHOIRI TAFAQQUTIN FAQOD TAHAQQOTA “. Anu hartosna : “ Saha-saha anu ngulik Elmu Fikih bari Tauhid wungkul, bari henteu ngulik Elmu Tassawuf / Tarekat, pasti boga laku Fasek (kurang moral). Sabalikna saha-saha anu nganut Tassawuf bari henteu dibarengan ku Fikih sarta Tauhid, eta bakal jadi golongan Zindik (nyelewengkeun Agama). Saha-saha anu ngalaksanakeun dua-duana, eta anu jadi golongan anu Hakiki (tulen). Rd. Muslimat : Nuhun pisan kang kana sagala rupi pedaranana perkawis tahapan Elmu Tarekat. Ayeuna mugi ulah kapalang, teraskeun kana tahapan Elmu Hakikat. Rd. Muslimin : Kieu et amah rai, saupami jalmi parantos kateleuman Elmu Sareat oge Elmu Tarekat, tur khusyu dilaksanakeun, bari disarengan ku Ridho Alloh SWT, nya bakal kapendak “ Hakekat “ (Kanyataan anu benerna), mangrupa tahapan anu sampurna. Sabenerna ari Elmu Hakekat, ayana ditulis di “ Lauhim Mahfuds “. Sabab sagala rupa anu bakal kajadian parantos aya tulisanana didinya. Ngan gumantung kana bersih sareng kotorna “ Qolbu” atawa Hatena jalma. Upami kaayaan beresih “ Kaca kalbu na hate” nya bakal bisa noropong ka Lauhim Mahfudz, bakal tiasa ningali Elmu anu aya didinya. Ari anu jadi hijab (pepedut), panghalang antara kalbu/hate sareng Lauhim Mahfudz teh nyaeta dosa-dosana. Ari hate/kalbu teh aya dua lawang atawa panto : Panto Kahiji nyaeta anu mukakeun “ Panca indera” anu nyoko kana “ Alam Wujud” ieu. Panto Kadua, upama teu kahalangan ku “ Hijab”, nya molongpong ka “ Alam Malakut”, sabab alam nu aya ieu, asalna parantos ditetepkeun dina Alam Malakut / Lauhim Mahfudz. Rd. Muslimat : Manawi engkang henteu kaabotan kumaha kagok hiji deui kana tahap Ma’rifat, margi rai ngaraos gantung areuyeun. Rd. Muslimin : Edas ari rai, sok nyosok jero ngukuy Elmu teh. Tapi sae rai, da kedah kitu neleuman elmu mah kedah tutug ngarah teu utag atog. Perkawis Elmu Ma’rifat teh rai, eta tahap pangluhurna, nyaeta tahapan manusa parantos ngaraos gumulung dirina sareng nu Maha Suci. Dina tahapan ieu, jiwa manusa parantos kontak sareng Jiwa Alam Semesta, moal ngaraos digunjang-ganjing ku kabungah atawa prihatin ku haliah dunya. Istuning parantos teguh tangtu hatena, percaya kana Wujud-Na Dzat nu Wajibul Wujud, tur parantos tembusna paningal atina kana Dzat Alloh ku ridho tur pitulung Manten-Na. Kitu tah rai, perkawis Elmu Ma’rifat mah. Rd. Muslimat : Hatur nuhun kang ….!, kana sagala rupi penjelasanana. Satadina mah manawi teh elmuna Kanjeng Nabi teh mung sakumaha anu ilahar dilaksanakeun secara biasa, singhoreng kakara elmu sareat eta mah. Cik kang !, manawi aya katerangan anu langkung eces, supados gampil katangkepna. Rd. Muslimin : Edas ari rai, urang ibaratkeun atuh nya, kieu : ELMU SAREAT Teh ibarat “ WANGUNAN KAPAL LAUT” ELMU TAREKAT Teh ibarat “ KAMUDI KAPAL LAUT” ELMU HAKEKAT Teh ibarat “ LAUTNA” ELMU MA’RIFAT Teh ibarat “ INTEN ANU AYA DIDASAR LAUT” Jadi enggoning ngudag tujuan menangkeun inten eta, jelas kedah kagungan Tarekah/jalan/pagawean anu sanes lumayan hese belekena, bari eungap teuleum ka dasar laut. Upama kuat, teras kapendak, karasa kecepeng eta inten ku pribadina, nya Ma’rifat (nyaho), lain ceuk cenah beja wungkul, yen didasar laut palebah dinya teh aya inten. Rd. Muslimat : Ke kang !, upami kitu mah elmu ka-Ma’rifatan teh ngait pisan sareng Hadist “ AWALUDINI MA’RIFATULLOH “ tea ? Rd. Muslimin : Kitu pisan rai !, da Ma’rifat mah penting pisan, mangrupi enas-enasna tina Iman. Rd. Muslimat : Naha pangna kitu kang !, kapan dina Rukun Iman anu kahiji oge cukup ku “Amantubillah”, nyaeta “ Percaya ka Alloh” , geuning teu aya tumbah tambihna ? Rd. Muslimin : Rai….!, kapan Rukun Iman mah kagolong kana Elmu Syareat tea, salancar tahapan kahiji kapan et amah, ari tingkatanana mah kapan ku engkang parantos diterangkeun ti payun, yen Iman teh aya tilu tahap, nyaeta : IMAN TAQLID (ILMU YAKIN), IMAN IDLAL (AINAL YAKIN) ,IMAN TAHKIK (HAKUL YAKIN) alias Ma’rifat kitu tah. Rd. Muslimat : Eu…euh !, kahartos kang !, kahartos, hapunten rai rada kuled, anu mawi mugi engkang ulah kapalang sabar ngajelaskeun anu rada gampil kahartosna. Anu bade ditaroskeun ayeuna : Naha pangna dianggap penting pisan urang kedah Ma’rifat (terang) ka Alloh ?, malih kedah diheulakeun, naon margina eta teh kang ? Rd. Muslimin : Bade teu penting kumaha rai !, kapan Alloh teh tujuan ibadah urang, kapan “ Tujuan hirup manusa teh , nyaeta pikeun ibadat ka Alloh”, sasat Alloh teh sembaheun urang. Kumargi anu bade disembah ku urang, atuh kedah puguh heula, tangtukeun heula anu bade disembahna, lain sabalikna, ngahelakeun sembah tapi anu bade disembahna teu tangtu, teu acan dikenal, ke bilih mubazir, hanas hese cape. Rd. Muslimat : Kahartos kang !, nanging kumaha carana hoyong kadugi kana “ TAHKIK” atawa “ HAKUL YAKIN” atawa “ MA’RIFAT” teh ? Rd. Muslimin : Nya kedah ku “ Elmu”, ari elmu teh kapan kanyaho, ari kanyaho kapan datangna ti dua lawang, nyaeta ti papada urang sareng tina daluang. Ti papada urang nya sapertos rai ayeuna, ulah narima kitu bae, tapi kudu weleh tetelepek sing dugi ka ngarti. Ari tina daluang nya sing seueur bucu-baca, bari disarengan ku sabar, lekeun, keyeng. Elmu anu parantos katarima boh tipapada urang boh tina dalung, tingkatkeun sing jadi luang, hartina pangalaman, ari pangalaman kapan buah ti nu kaalaman ku urang. Anu matak sing loba ngalaman. Rd. Muslimat : Mudah-mudahan kang !, rai tiasa ngalaksanakeun sakumaha katerangan-katerangan sareng wejangan ti engkang. Rada emut kang !, rai kantos nguping kieu : “ SAHA-SAHA JALMA NEANGAN PANGGERAN, KALUAR TI DIRINA SORANGAN CENAH DISEBUTNA TEH KASASAR, SABAB BOGA RASA ALLOH JAUH TI DIRINA”. Cing kumaha salang surupna tah kang ? Rd. Muslimin : Eta teh rai, Hadist Nabi Muhammad SAW. : ﻮﻤﻦ ﻄﻠـﺒﻞ ﻤﻮﻠﻦ ﺒـﻐـﻴـﺮﻱ ﻧـﻔـﺴـﺢ ﻓـﻘﺪ ﻇﻞﻇﻞ ﻷ ﻦ ﺒـﻴـﺪ WAMAN THOLABAL MAULANA BIGHOIRI NAFSIHI FAQOD DHOLA DHOLALAN BA’IDA Ceuk sundana : “ SAHA-SAHA JALMA NEANGAN PANGGERAN, KALUAR TI DIRINA SORANGAN CENAH DISEBUTNA TEH KASASAR, SABAB BOGA RASA ALLOH JAUH TI DIRINA”. Rd. Muslimat : Sumuhun, naha disebat bakal kasasar, naha Alloh teh aya dina diri manusa kitu ?, atuh upami Alloh aya dina saban diri manus amah, panginteun seueur Alloh teh, atuh pasalia saret Surat Al-Ikhlas. Kalihna ti eta, naha geuning anu nga-daro’a bet sok disebat “ Tamu Alloh”, naha memang Alloh teh aya di “ Baetulloh” ?, cing kang !, lieur keneh rai mah. Rd. Muslimin : Tuh ….nya rai !, ari seuh-seuhannana mah bingung nangtukeun anu di ibadahan ku urang teh, sedengkeun urang kapan ti aalit parantos ngalaksanakeun ibadah cenah ka Manten-Na, kumaha tah rai ?, netepan sadinten sawengi tijuh belas rokaat, seja sujud sumujud sumerah ka Alloh, tapi sareng Allohna teu acan “ TAHKIK /HAKUL YAKIN”, nembe “ Percaya” ngaraos cekap ku ngucapkeun Syahadat, sareng percaya soteh dumeh aya padamelannana. Padahal geuning teu cekap semet kitu, sakumaha pituduh Jungjunan Kanjeung Nabi Muhammad Rasululloh SAW. Salaku panutan urang Islam, anu dipiconto ku sakumna umat Islam yen “ AWAL-AWALNA AGAMA TEH KUDU NYAHO HEULA KA ALLOH “. Maksudna supados ulah ragu-ragu enggoning urang sujud sumujud tur sumerah ka Manten-Na. Rd. Muslimat : Muhun…..kumaha atuh ?, rumaos pisan palebah dieu masih sisip ku pangarti, suda ku pangabisa, pakewuh ku Elmu. Nyanggakeun ka salira engkang, ulah bosen masihan wejangan ka rai !. Rd. Muslimin : Ke…..urang papay heula nya, etang-etang pager enggoning nangtukeun kayakinan urang. Pikeun nambihan, ieu pituduh ti jungjungan Kanjeung Nabi Muhammad SAW, ieu dalilna : ﺍ ﻗـﺮ ﻜﺗـﺒـﻚ ﻜـﻒ ﺒـﻧـﻔـﺴـﻚ ﺍﻠﻴـﻮﻤﺎ ﻋـﻠﻴـﻚ ﺤﺴﻴـﺐ “Iqro Kitabaka kapa binafsika alyauma alaika hasiba” (Artina : Baca ku maneh kitab anu langgeung, anu teu keuna ku ruksak, anu aya di diri maneh, bakal leuwih nyata Elmu-Na Panggeran teh aya dina diri maraneh, tingali-Na, dangu-Na, Pangandika-Na aya di diri maneh. (Q.S Al-Isra :14) Teras deui : ﻮﻤﻦﺍﻋـﺮﻑ ﻧـﻔـﺴـﻪ ﻓـﻘـﺪ ﺍﻋـﺮﻑ ﺮﺒـﻪ ﻮﻤﻦ ﺍﻋـﺮﻑ ﺮﺒـﻪ ﻓـﻘـﺪ ﺠـﻬـﻳﻼ ﻧـﻔـﺴـﻪ WAMAN AROFA NAFSAHU FAQOD AROFA ROBBAHU, WAMAN AROFA ROBBAHU FAQOD JAHILAN NAFSAHU (Singsaha jalma anu geus nganyahokeun kadirina sorangan tangtu bakal nyaho ka Panggerannana, Samangsa-mangsa geus nyaho ka Panggerannana tangtu bakal leuwih nyaho kadirina anu bodo). Supados muser rai !, ieu aya dalil : “LAKOD HOLAQNAL INSAANA FIY’AKHSANI TAKWIN” (Anu hartosna : “Manusa teh pang alus-alusna jeung pang aheng-ahengna kajadian ti sasama makhluk. Alloh, geura lamun maneh geus nyaho kana kaayaan diri sajeroning diri maneh sorangan”. Salajeungna dina dalil disebatkeun : WANAHNU AQRABUN ILAIHI MIN HABLIL WARID (Q.S. Qaf : 16 ) Hartina : Kami jeung maneh geus eweuh antarana deui, deukeut keneh Kami ka maneh ti batan urat beuheung nu nganteung dina beuheung maraneh. WAHUWA MAAKUM AENAMA KUNTUM Hartina : Gusti Alloh teh babarengan bae jeung makhluk-makhlukna, dimana bae maranehna aya didinya anjeun-Na aya ( Q.S. Al-Hadid : 4 ) Rupina cekap sakitu rai !, mangrupi pager pituduh ma’rifat ka Alloh. Rd. Muslimat : Saparantos ngetan anu dikapayunkeun ku engkang nembe, boh Hadist boh dalil Qur’an, sadayana museur nuduhkeun yen teu kinten pentingna “ NGAJI DIRI “, ngukur, ngaca ka awak sorangan. Upami hoyong terang ka Alloh SWT. Sawangsulna anu hoyong terang ka Alloh SWT, tapi milarian kaluar tina dirina, nu kitu bakal kasasar. Anu jadi patarosan rai teh, anu kedah dipilari, diaji teh Diri anu mana ?, kapan diri anu ieu mah parantos puguh ngajentul, naha make kedah dipilari, dikanyahokeun deui ?, cing kumaha maksadna kang ? Rd. Muslimin : Rai…..!, sing emut, kapan diri urang teh aya dua bagian, bagian anu luar, anu katingali ku panon ieu disebatna “ JASMANI”, ibarat “Baju” atawa bungkusna. Sedengkeun bagian jero, anu teu katingali (ghoib/samara-samar) disebutna “ ROHANI” atawa Batin, nya mangrupa eusina anu dibungkusan ku Jasmani. Tah diri anu ghoib, anu samara-samar atawa batin atawa Rohani, ieu anu kedah dipilari teh. Rd. Muslimat : Ke…kang !, kapan et amah parantos puguh teu katingali ku soca, atuh kumaha tiasa kapendak ? Rd. Muslimin : Eta rai percaya kanu Ghoib henteu ?, upami rai teu percaya atuh hartina rai teu percaya kana Lafadz Al-Qur’an : “ ALADZINA YU’MINUNA BIL GHOIB”, Hartosna : Nyaeta anu percaya (ngabenerken) kana hal-hal ghoib. Rd. Muslimat : Ih…. Ari engkang, atuh kantennan percaya mah. Rd. Muslimim : Nuhun atuh……, nanging percayana ulah semet basa, tapi kedah dugi karasa. Kieu geura rai !, ari anu disebat Rohani teh diwangun ku 4 (opat) perkara, nyaeta : NARUN HAWAUN MA’UN THURABUN Rd. Muslimat : Punten kang !, jelaskeun ku bahasa anu kahartos ku rai. Rd. Muslimat : Kieu atuh : Ari NARUN teh Cahaya Berem Ari HAWAUN teh Cahaya Koneng Ari MA’UN teh Cahaya Bodas Ari THURABUN teh Cahaya Hideung Tah ieu cahaya anu 4 (opat) teh disebatna NUR MUHAMMAD, atawa HAKEKAT ADAM (Bahrul Adam), Hartina : “Sagara saniskara anu ngabukti di Alam Semesta katut sagala eusina. Rd. Muslimat : Ke …. Kang !, kapan eta mah moal katingali ku soca anu bukti ieu, kumaha atuh supados tiasa katingali ?. Rd. Muslimin : Ningali anu ghoib mah, sakumaha Sanggeum Rasululloh oge dina dalilna : “ RUYA’TULLAHI TA’ALA FIDUNYA BI AENIL QOLBI”, anu hartosna : Ningalina Alloh di dunya kudu ku awasna hate/ Qolbu. Rd. Muslimat : Ulah kapalang kang !, upami hoyong tiasa awas hate kedah kumaha ? Rd. Muslimin : Nya kedah bersih Qolbu/hate tina kokotor, sabab kokotor Qolbu eta jadi “Hijab” atawa pipinding kana awasna ka Nu Maha Suci. Rd. Muslimat : Ari anu janten kokotor teh naon kang ? Rd. Muslimin : Dosa rai !, dosa alit sareng dosa ageing. Geuning unggal wudhu, ari bade sholat sok dibersihkeun ku cai. Rai uninga, ari dosa alit anu kumaha ?, sareng dimana tempatna ?, oge kumaha meresihannana ? Rd. Muslimat : Hemeng keneh kang !, keun et amah lenyeupanen rai. Mung nu bade ditaroskeun teh, eta nyusul anu tadi perkawis Cahaya anu opat rupa tea, upami ieu mah, upami kaleresan rai parantos mendakan, naha eta Alloh teh ? Rd. Muslimin : Iss…atuh sanes, …. Moal enya Alloh tiasa disaruakeun sareng warna, kapan Alloh mah “ Teu warna, henteu rupa, henteu imah, henteu enggon”. Pokona henteu tiasa diumpamakeun sareng naon bae oge. Dalilna : “DHAT LAESA KAMISLIHI SYAE’UN“ ( DHAT BILA HAEFIN – DHAT BILA MAKOMIN) Rd. Muslimat : Ke….kang !, atuh ari teu warna, teu rupa, teu imah, teu enggon mah panginten teu aya ….? Rd. Muslimin : Teu aya kumaha ari rai ?, kapan cirina Alloh aya teh diantarana aya dadamelannana, nya buktosna ieu Alam Semesta katut eusina. Rai…!, omat kedah yakin teh “AYANA”, nanging Ayana teh, Dzat-Na anu katara sareng anu henteu karampa. Tah palebah dieu anu kedah leres-leres dilenyeupan, sing kersa nyusul, sing dugi ka HAKUL YAKIN tea, supados teu ragu-ragu, henteu was-was. Antebkeun deui rai…!, tah Rukun Iman anu kahiji, sareng SYAHADAT. Cing sok rai, ucapkeun deui Syahadat ! Rd. Muslimat : Mangga : “ ASHADU ANLA ILLAHA ILALLAH, WA ASHADU ANNA MUHAMMADARRASULULLOH”. Rd. Muslimin : Cobi hartosna ? Rd. Muslimat : Abdi nyakseni teu aya deui Panggeran kajabi Alloh, sareng abdi nyakseni yen Muhammad Rasulna Alloh”. Rd. Muslimin : Cing rai !, ari kecap “ Nyaksi ” kedah anu kumaha ? Rd. Muslimat : Nya.. anu nyaksi mah anu ningali, geuning aya kecap nyaksian. Rd. Muslimin : Tadi rai…!, ngucapkeun “Abdi nyaksi” yen teu aya deui Panggeran kajabi Alloh, naha leres-leres rai teh parantos ningali ka Alloh ? Rd. Muslimat : Aaah…. Teu acan kang !, bororaah….. Rd. Muslimin : Naha atuh wanton-wantun ngucapkeun “Abdi Nyakseni” ari teu acan ningali mah ?, atuh kitumah sulaya. Rd. Muslimat : Muhun… da abdi mah sanggeum anu mamatahan sareng dina Kitab, nya kumaha ramena bae atuh kang ! Rd. Muslimin : Iiiiih…sanes kumaha ramena rai !, tapi kedah ajeg pamadegan. Rai…! Upami ieu SYAHADAT teu acan kapendak SAJATINA, atuh dina RUKUN IMAN anu kahiji oge nyaeta “ Amantubillah”, pasti moal leres, ngan basa wungkul henteu dugi kana RASA. Rd. Muslimat : Aaah.. rumaos kang !, kumaha atuh nya ? Rd. Muslimin : Sawios anu parantos mah rai !, da dimaklum murangkalih keneh, itung-itung ngapalkeun basana heula. Tapi ari parantos dewasa kieu mah, penting ngarautan, mikir, nafakuran, sakumaha dina hadist Kanjeung Nabi Muhammad SAW oge : “ TAFAKKURU SA’ATIN KHAIRUN MIN IBAADATI SAB’IYNA SANATAN “. (Anu hartosna : mikir /tafakur samenit atawa sakedeung leuwih alus tibatan ibadah 70 taun). Rai..!, Hadits Nabi : AWALUDINI MA’RIFATULLOH teh estuning ngajurung supados pas sareng eusina kalimah Syahadat, oge Rukun Iman anu kahiji, nyaeta “Amantubillah”. Kukituna wayahna ayeuna mah kedah dilenyeupan tur ditingkatkeun eta elmu anu parantos katampi the, sangkan dugi kana sasaranana. Kedah keying tur leukeun rai !, nyusud Elmu teh margi dawuhan Kanjeng Nabi oge : “ MAN THOLABAL SYAI’AN BIJIDDIHI WA JADAHU”, Hartosna : Saha-saha jalma anu nungtut salah sahiji hal bari keyeng, tangtu maranehna pasti bakal hasil. Rd. Muslimat : Atuh ari kitu mah, rai teh kedah ngawangsulan deui tina Syahadat, kumaha carana supados kapendak sareng “ SAJATINING SYAHADAT “. Rd. Muslimin : Penting pisan rai !, sing kapendak, margi pangemut engkang mah Syahadat teh ibarat Pondasina Agama, anu matak dina Rukun Islam jadi nomer hiji. Insya Alloh upami pondasina kuat, weweg, atuh kana ibadah-ibadah Rukun Islam anu sanesna oge bakal kuat sareng weweg : Kana ibadah nomer dua, mangrupa tihangna Agama, nyaeta Sholat, bakal kuat, tihangna kuat da pondasina kuat. Kana ibadah nomer tilu, nyaeta Zakat, bakal ngarasakeun ka sasama, jadi jalma berehan. Kana ibadah nomer opat, nyaeta Puasa, bakal ngarasakeun puasana tina tekad, ucap, lampah anu henteu pararuguh. Kana ibadah nomer lima, nyaeta Munggah Haji, mangrupa puncak tina rentetan ibadah-ibadah tea, upami : dirina parantos TAHKIK (mantep) kayakinan ka Nu Maha Suci. Dirina parantos kosong tina sifat tur pagawean anu kotor nyaeta dosa-dosa (Taqhalli). Dirina di eusian ku sifat tur ibadah anu pinuji (Tahalli). Dirina baris “ Awas ka Hakekat Dzat Nu Maha Suci” (Tazalli), nya disebut “ Munggah Haji”. Rd. Muslimat : Rupina eta enas-enasna atawa saripati ibadah anu kawengku ku Rukun Islam. Rai mah eta tah..cobi hoyong enggal terang kana SAJATINING SYAHADAT ? Rd. Muslimin : Mangga rai catet..!, ari Syarat Sahna maca Syahadat teh, kedah kacumponan 5 (lima) syarat, nyaeta : Kudu geus Netepkeun Kana Dhat-na Allah Ta’alla Kudu geus Netepkeun Kana Sifat-na Allah Ta’alla Kudu geus Netepkeun Kana Asma-na Allah Ta’alla Kudu geus Netepkeun Kana Af’al-na Allah Ta’alla Kudu geus Sidik/Tasdik Ka Rasululloh kalawan geus netepkeun kana Sifat Rasululloh, nyatana : Sidik, Amanah, Fathonah, jeung Tabligh. Tah.. rai !, DZAT, SIFAT, ASMA, AF’AL teh disebatna “ RUKUN MA’RIFAT” , Ma’rifat ka Alloh, Ma’rifat ka Rasululloh. Rd. Muslimat : Cobi …. Kang !, mugi di eceskeun hiji-hijina ! Rd. Muslimin : Ke… rai !, kumargi hal ieu mah nyusul ka puhu, supados rada gampang ka hartos, cing urang kaitkeun sareng katerangan MARTABAT ALAM TUJUH, mugi rai !, masing tengeut ngabandunganana : Alam Kahiji : disebutna AHADIAT Alam Kadua : disebutna WAHDAT Alam Katilu : disebutna WAHIDIAT Alam Kaopat : disebutna ARWAH/ROH Alam Kalima : disebutna AJSAD/AJSAM Alam Kagenep : disebutna MITSAL Alam Katujuh : disebutna INSAN KAMIL PENJELASAN MARTABAT ALAM TUJUH ALAM AHADIAT Martabat Alam Ahadiat mah, kaayaanana teh “ SUWUNG”, kosong, uwung-uwung awang-awang, estuning bersih suci. Martabat (tingkat) ieu disebat oge martabat KUN HI DZAT, nyaeta kaayaanana teh estuning ngan Dzat. Teu aya martabat (tingkat) anu sejena anu ngalangkungan tina Dzat ieu. Istuning mangrupa sumber pikeun martabat-martabat saterusna. Dupi Dzat ieu di terangkeun ku dalil : “ DZAT LAESA KAMISLIHI SYAE’UN WAHUWA SAMIUL BASHIR” , Anu hartosna : Dhat anu teu aya upamana sareng naon-naon oge, sareng Manten-Na, Maha Ngadangu sareng Maha Ningali. Dikiatkeun deui ku dalil : “ DZAT BILLA HAEFIN “, Anu hartosna : Anu henteu warna teu rupa. “ DZAT BILLA MAKANIN “, Anu hartosna : Anu henteu arah teu enggon. Moal aya anu mampuh ngalewihan tingkat ieu, sok sanajan para Nabi-Nabi, sanajan para Malaikat Muqqarobin, moal saurang oge makhluk anu bisa tepi kana tingkatan Kun Hi Dzat (Kaayaan Dzat). Sakumaha didawuhkeun ku Alloh SWT : “ WA YUHADZ DZIKRUMULLAHU NAFSAHU “ Anu hartosna : Alloh nyarek maraneh pikeun nyaho Kun Hi Dzat. Kitu deui dawuhan Rasululloh SAW : “ QULLUKUM FI DZATILLAHI AHMAQ “ Anu hartosna : Maraneh tetep teu bisa ngarti soal Kun Hi Dzat Alloh SWT. ALAM WAHDAT Dina martabat Alam Wahdat mah Kun Hi Dzat atawa Dzat Mutlak teh bade ngawujud Mungkin, tina Kalam-Na sareng Iradat-Na (Kersa-Na), nya ngawujud Sifat mangrupa NUR DZAT disebut JOHAR AWAL (Johar = Cahaya, Awal= mimiti). Ieu Nur atawa Johar Awal teh gumulungna antara Dzat sareng Sifat. Ieu teh mangrupa sumber pikeun sifat-sifat anu sejenna. Saniskara Sifat tangtu kaancikan Dzat. Gumulungna Dzat sareng Sifat teh ibarat “ KEMBANG JEUNG SENGITNA”, atawa “ MADU JEUNG AMISNA”, teu bisa di pisahkeun. Nur Dzat atawa Johar Awal teh, disebat oge HAKEKAT MUHAMMAD, asal sagala rupa anu jadi. HAWIYATUL ALAM atawa Hakekat Alam, Bahrul Hayat (Sagara Hirup) Sanggeum para Wali mah SYAHADAT SAJATI. ALAM WAHIDIAT Dina martabat ieu ku QUDRAT sareng IRADAT-NA (Kawasa sareng Keresa-Na), sorotna NUR DZAT atawa Johar Awal atawa Hakekat Muhammad, bijil NUR PAPAT WARNAE (CAHAYA OPAT WARNA) : Nyaeta Cahaya Bereum (Ngajadi Seneuna alam dunya) Nyaeta Cahaya Koneng (Ngajadi Anginna alam dunya) Nyaeta Cahaya Bodas (Ngajadi Caina alam dunya) Nyaeta Cahaya Hideung (Ngajadi Taneuhna alam dunya) Ieu Nur (Cahaya) anu opat rupa teh disebatna Nur Muhammad. Saterasna tina Nur (cahaya) opat rupa ieu, ngajantenkeun ASMA ALLOH, margi ti dieu ngajadina Huruf / Lapad ALLOH ( ﺍﷲ ), nyaeta : Tina NARUN (NURUL AHMAR) NGAJADI HURUF ALIP ( ﺍ ) Tina HAWAUN (NURUL ASHFAR) NGAJADI HURUF LAM ( ﻞ ) Tina MAUN (NURUL ABYAD) NGAJADI HURUF LAM ( ﻞ ) Tina TURABUN (NURUL ASWAD) NGAJADI HURUF HE ( ﻪ ) Ari JOHAR AWAL janten Hakekat Tasjid ( ω ) Ieu Nur (Cahaya) anu opat rupa atawa Nur Muhammad teh, mangrupa bibit atawa Cikal Bakal 7 lapis Langit, 7 Lapis Bumi katut sakumna eusina. Sakumaha dawuhan Kanjeng Nabi Muhammad SAW : ﺍﻮﻞ ﻤﺎﺧﻟﻖﺍﷲ ﻧﻮﺮﻧﺒﻴﻚ ﻴﺎ ﺠﺎﺒﺮﻮﺧﻟﻖ ﻤﻧﻪ ﺍﻷ ﺷﻴﺎﺀ ﻮﺍﻧﺖ ﻤﻦ ﺗﻟﻚ ﺍﻵ ﺷﻴﺎﺀ AWWALUMA KHALAQALLAHU NURA NABIYYIKA YA JABIRU WA KHALAQA MINHUL-ASYYA’A WA ANTA MIN TILKAL ASYA’I,, Artina : Awal mula anu Alloh jadikeun nyaeta Nur Nabi Anjeun ya,, Jabir. Jeung Alloh ngajadikeun tina Nur eta, sagala sesuatu ieu, jeung Anjeun hai,,Jabir nu kamasuk tina sesuatu eta. ﺍﻧﺎﻤﻦ ﺍﷲ ﻮﺍﻟﻤﻮ ﻤﻧﻮﻦ ﻤﻧﻲ “ANA MINALLAHI WAL MU’MINUNA MINNI,, Artina : Kuring nyaeta asal ti Alloh, sedeng jalma-jalma mukmin asal ti kuring. ﺍﻦﺍﷲ ﺧﻟﻕ ﺮﻮﺡ ﺍﻟﻧﺑﻲ ﺼﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻴﻪ ﻮﺴﻟﻢ ﻤﻦ ﺯﺍﺗﻪ ﻮﺧﻟﻖ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ ﺒﺎﺀ ﺴﺮﻩ ﻤﻦ ﻧﻮﺮﻤﺤﻤﺪ ﺼﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻴﻪ ﻮﺴﻟﻢ INNALLAHA KHALAQA RUHANNABIYYI SHALALLAHU ‘ALAIHI WASALLAMA MIN DZATTIHI WA KHALAQAL ‘ALAMA BIASRIHI MIN NURI MUHAMMADIN SAW. ,, Artina : Saenyana Alloh nyiptakeun Roh Nabi Muhammad tina Dzat-Na, tuluy Alloh nyiptakeun alam, kalawan rahasiah-Na tina Nur Muhammad SAW. ﻴﺎﺠﺎﺒﺮﺍﻦﺍﷲ ﺧﻟﻕ ﻗﺒﻞﺍﻵﺷﻴﺎﺀ ﻧﻮﺮﻧﺒﻴﻚ ﻤﻥ ﻧﻮﺮﻩ YA JABIRU INNALLAHA KHALAQA QABLAL ASYYA’I NURA NABIYYIKA MIN NURIHI. ,, Artina : Ya ,,Jabir Saenyana Allah nyiptakeun samemeh ayana sesuatu, nyaeta Nur Nabi anjeun, daripada Nur-Na. ﻠﻗﺪ ﺠﺎﺀ ﻛﻢ ﻤﻥﺍﷲ ﻧﻮﺮ “ LAQAD JA’AKUM MINALLAHI NURUN. ,, Artina : Enggeus Allah datangkeun pikeun anjeun Nur daripada Allah nyaeta Nur Muhammad SAW. ﻴﺎ ﺍﻴﻬﺎ ﺍﻠﻧﺎﺲ ﻗﺪ ﺠﺎﺀ ﻜﻢ ﺍﻠﺤﻖ ﻤﻦ ﺮﺒﻜﻢ “ YA AYYUHANNASU QOD JA ‘AKUMUL HAQQU MIN RABBIKUM.,, Artina : Hai manusa, geus datang Al-Haq ti Panggeran aranjeun nyaeta Nabi urang Muhammad SAW. Tegesna : Moal aya Sifat, lamun teu aya Dzat. Moal aya Dzat, lamun teu aya Sifat. Tina martabat Alam Wahidiat ieu lahirna KALAM QODIM (Ucapan Alloh Anu Maha Sadia), nyaeta ANNAHU ANALLAHU, hartosna : Sabenerna Kami Alloh. Ku ayana cariosan (tuturan=khithob) ku “ Kalam Qodim” eta, hartina aya anu diturutkeun (sasaran cariosan), nyaeta Alam Sifat sareng Alam Asma. Martabat tilu alam ( Ahadiat, Wahdat, Wahidiat), nyaeta Qodim. Catetan : Ayana susunan Martabat (tingkat) oge Alam teh, sakadar hiji gambaran wungkul, anu sabenerna mah Ulah dihartikeun saolah-olah tingkatan nurutkeun waktu, sareng tempat (ruang) alam. Tempat (ruang) alam, waktu can aya, kumargi Alloh SWT teu kakurung ku waktu sareng tempat, sapertos anu tos diterangkeun di luhur. Nu matak nyata tur jelas dina Alam Wahdat (Sifat) sareng Alam Wahidiat (Asma), “ Roh Muhammad “, ngaliputan, mangrupa awal atawa Cikal bakal saniskara anu dumadi. Dina salah sawios Hadits Qudsi Allah SWT Berfirman : ﻜـﻧﺖ ﻜـﻧﺰا ﻤﺧـﻔـﻴﺎ ﻓﺎﺀ ﺤـﺒـﺒـﺖ اﻦ اﻋـﺮﻒ ﻓـﺧـﻠﻘﺖ اﻠﺧﻠﻕ ﻠﻴـﻌﺮﻓـﻧﻲ KUNTU KANZAN MAKHFIYYAN, FA AHBABTUAN ’URAFA FA KHALAQTUL LIYA’RIFANI Hartosna : “Kami nyaeta (hiji) rusiah (pembendaharaan) anu Ghoib. Tuluy Kami boga kahayang supaya di kanyahokeun. Terus Kami nyiptakeun Alam sarta makhluk (Muhammad). Taya lian supaya maranehna bisa Ma’rifat (nyaho) ka Kami”. ALAM ARWAH/ROH Nyaeta martabat Af’al nu Maha Suci, nyaeta Af’al Alloh ku Qodrat-Na (Kawasa-Na) sareng Irodat-Na (Kersa-Na), ngersakeun Alam Semesta. Supados gampil kahartos, urang ibaratkeun kieu ceuk elmu akal mah, cara ngadamelna teh : Upami di bioskop mah Alam Wahdat (Nur Dzat/Johar Awal) teh ibarat “ KACA” dina proyektor : Cahaya Bereum (NARUN) teh ibarat “ Kaca Berem “ Cahaya Koneng (HAWAUN) teh ibarat “ Kaca Koneng “ Cahaya Bodas (MA’UN) teh ibarat “ Kaca Bodas “ Cahaya Hideung (THURABUN) teh ibarat “ Kaca Hideung “ Barang eta kaca disorot ku JOHAR AWAL, kajadian bijil kalangkang, nyaeta : Tina Cahaya Bereum (Ngajadi Seneuna alam dunya) Tina Cahaya Koneng (Ngajadi Anginna alam dunya) Tina Cahaya Bodas (Ngajadi Caina alam dunya) Tina Cahaya Hideung (Ngajadi Taneuhna alam dunya) Tina Johar Awal (Ngajadi Mataharina alam dunya) Kitu tah upama ngagunakeun elmu akal mah, proses ngagelarkeun Alam Semesta (Dunya) teh. Nagging ari saleresna mah teu kitu, ku Kawasa-Na, ku Kalamulloh-Na, KUN FAYAKUN, nya jleg bae, Alam Semesta (Dunya) kumplit sareng eusina, boh anu lemesna boh anu kasarna. Jadi tegesna Alam Semesta (dunya) teh kajadiannana tina Nur Muhammad mangrupi Af’al-Na nu Maha Suci (Alloh SWT). ALAM AJSAD/AJSAM Nyaeta Martabat Manusa. Parantos gelar Alam Semesta (Dunya), nu Maha Suci seja ngersakeun deui midamel Manusa (Adam Majaji). Nimbalan ka Malaikat kedah nyandak sari pati (acina) Seneu, Angin, Cai, Taneuh. Eta sari pati anu opat rupa teh dipidamel, nya kajadian kieu : ACINA ANGIN kajadian KULIT Jeung BULU ADAM ACINA SENEU kajadian GEUTIH Jeung DAGING ADAM ACINA CAI kajadian URAT Jeung BALUNG ADAM ACINA TANEUH kajadian OTOT Jeung SUMSUM ADAM Ku Kawasa-Na (Qudrat-Na) sareng Keresa-Na (Iradat-Na) Alloh SWT, nya ngagelar jadi Dalil Muhammad, nyaeta MIM – HE – MIM – DAL, nyaeta : Tina NARUN (NURUL AHMAR) NGAJADI HURUF MIM AWAL (ﻣ ) Tina HAWAUN (NURUL ASHFAR) NGAJADI HURUF HE (ﺣ ) Tina MAUN (NURUL ABYAD) NGAJADI HURUF MIM AKHIR (ﻣ ) Tina TURABUN (NURUL ASWAD) NGAJADI HURUF DAL (ﺩ ) Ari JOHAR AWAL janten Hakekat Tasjid ( ω ) SAREATNA NYA JANGGELEK JADI WUJUD “ MUHAMMAD” ﻣ ﺣ ﻣ ﺩ MIM AWAL (ﻣ ) Tina Lafadz “ Muhammad” tegesna SIRAH HE (ﺣ ) Tina Lafadz “ Muhammad” tegesna DADA MIM AKHIR (ﻣ ) Tina Lafadz “ Muhammad” tegesna UDEL DAL (ﺩ ) Tina Lafadz “ Muhammad” tegesna SUKU Tapi teu acan usik malik. Saparantos diliangan eta wujud teh, anu lobana 9 (salapan) liang, nyaeta : Dina palebah SIRAH : PANON = 2 LIANG CEUPIL = 2 LIANG PANGAMBUNG = 2 LIANG BAHAM = 1 LIANG JUMLAH = 7 LIANG Tina palebah UDEL (handapenana) = 2 Liang Jumlah sadayana jadi 9 Liang. Saparantos kumplit, teras disorot ku NUR MUHAMMAD kajadian bisa usik eta wujud teh. Jelasna kieu : Wujud /Adegan/Jasad luar, bungkusna anu asalna tina Saripati : SENEU, ANGIN, CAI, TANEUH, disebatna Adam. Wujud jero /Batin/Rohani, eusina anu diwangun ku Nur, Rasa (sir), Roh, Qolbu (Budhi), Nafsu (Akal), anu asalna tina Nur Muhammad (Cahaya nu opat rupa), anu ngahirupkeun, ngusikeun, melikeun eta adegan ADAM. Sedengkeun Sagara Hirupna atawa Bibit Nyawana mah, tina JOHAR AWAL atawa Nur Dzat atawa Dzat Sajati atawa Hakekat Muhammad atawa NURULLOH tea. Tah..boh Alam Semesta (Jagat Gede/Alam Qubro/Alam Kabir), boh Diri Manusa (Jagat leutik/Alam Sagir, anu diwangun ku Badan Rohani disebut Muhammad Rasululloh, sareng Badan Jasmani disebut Adam), malah sareng saniskara anu aya di ieu Alam semesta, ieu ka asup kana martabat Alam Arwah mangrupa Af’al-Na atawa Karya-Na Alloh SWT. Kitu tah….. rai !, babaran Dzat, Sifat, Asma, sareng Af’al teh. Sateuacana neraskeun kana martabat anu sanesna, kumaha dugi ka dinya parantos paham ? Rd. Muslimat : Ke….kang !, rada lebeng keneh…., janten eta anu di jelaskeun ku engkang nembe teh, mangrupi sarat pikeun SAHNA MACA SYAHADAT ? Rd. Muslimin : Leres eta saratna teh !, ari kitu kumaha ? Rd. Muslimat : Geuning bangga nya kang !, ari sugan tea mah cukup maca we Syahadat teh. Rd. Muslimin : Iiih…ari rai !, ari semet maca mah, eta kapan Syareat, ari anu dijelaskeun bieu mah eta parantos kana Elmu Hakekat, hartosna anu leresna atawa anu Hakikina. Ieu tengeutkeun deui bilih kurang jelas ! : Martabat Alam Ahadiat teh nuduhkeun Dzat-Na Alloh, anu “ LAESA KAMISLIHI SAE’UN”, nyaeta Dzat anu teu tiasa di umpamakeun sareng rupa, sareng warna, sareng tempat, sareng waktu, sareng sora jeung sajabana. Anging ieu Dzat teh ngaliputan atawa Murba Wisesa kana saniskara anu aya, boh kanu Ghoib, boh kanu nyata. Martabat Alam Wahidiat mah, Dzat teh jumeneng Sifat nyaeta Nur, ari sifatna (rupana) teh CAANG GUMILANG. Dzat teh gumulung dina Sifat, lir upama seneu sareng hurungna. Dzat ibarat seneu/panas, Sifat ibarat hurungna, teu tiasa dipisahkeun, Dzat ngaliputan Sifat. Di dieu nyata aya Bibit Hirup – Hurip. HIRUP nyatana Nur (Cahaya) atawa Hakekat Muhammad HURIP nyatana Rasa, Rasana Alloh nya RASULULLOH. Martabat Alam Wahidiat, mah nuduhkeun ayana Asma (jenengan) nu asal tina sorotna tina Johar Awal atawa Nur Dzat atawa Dzat Sajati atawa Hakekat Muhammad atawa NURULLOH , jadi cahaya opat rupa, disebut Nur Muhammad nya ngajadi Huruf / Lapad ALLOH ( ﺍﷲ ) = Alif – Lam – Lam – He, ari Tasjidna jadi Johar Awal. Sing lenyeup Rai !, ieu Nur Muhammad atawa Cahaya Opat Rupa : Berem, Koneng, Bodas, Hideung teh mangrupa sumber atawa bibit saniskara anu ngajadi. Ari sumber atawa bibit Hirup sareng Hurip (Rasa) mah nyaeta JOHAR AWAL atawa Nur Dzat atawa Dzat Sajati. Ningkat deui ka Alam Arwah, ieu mah parantos Alam Nyata/Bukti/Aen Nya buktina Alam Semesta, manusa, sasatoan, tutuwuhan, kaasup oge Makhluk lemes (Jin) jeung Setan. Ieu ngabuktikeun Af’al-Na Alloh SWT (Padamelan Alloh SWT), ku Sifat Kawasa-Na (Qudrat-Na), sareng Sifat Keresa-Na (Irodat-Na), istuning ngaliputan, ngancik, akrob, gumulung sareng saniskara anu ngajadi atawa anu dijadikeun ku Alloh SWT. Jadi Rai..!, sadayana anu dumadi di Alam Arwah ieu, boh anu ghoib, boh anu nyata, istuning ka Dzat-an, ka Sifat-an, ka Asma-an, ka Af’al-an Alloh SWT. Rd. Muslimat : Ke…..kang !, tadi ku engkang diterangkeun : Dzat Alloh Ta’ala teh LAESA KAMISLIHI SAE’UN Sifat Alloh Ta’ala teh CAANG LUMENGGANG Nyatana NUR Asma Alloh Ta’ala teh NUR MUHAMMAD (Nur Papat Warnae) Af’al Alloh Ta’ala teh Saniskara anu dumadi, Alam Semesta katut sagala eusina, kalebet diri manusa. Anu bade ditaroskeun ku rai ! ayeuna ari Alloh-Na nu mana ? Rd. Muslimin : Ari….rai !, kapan Alloh mah kaunggeul dina dalil oge : “INNALLOHA ALA KULLI SAI’IN QODIR”, Hartosna : Satemen-temenNa Alloh Ta’ala Maha Kawasa kana saniskara dina sakabeh Alam. Pikeun jelasna, kieu geura rai : Dzat ngaliputan Sifat, ibarat “Madu gumulung sareng amisna” ari Lafadzna Alip Sifat, enggon/tempat netelakeun Asma, ibarat “Srangenge (Panon poe) gumulung sareng caangna” ari Lafadzna Lam Awal. Asma, enggon/tempat netelakeun Af’al, ibarat “ Kaca enteung anu dipake ngenteung”, pasti aya wawayangannana (Kalangkangna) nurutkeun saparipolah anu ngaca. Ari Lafadzna Lam Akhir. Af’al, enggon/tempat perbawaan Dzat, ibarat “ Laut sareng ombakna, pasti pangawasa ombak gumntung ka laut”. Ari Lafadzna He. Tuh…kapan ngawujud Lapad ALLOH ( ﺍﷲ ). Janten sakali deui, sagala rupi anu aya boh anu batin (ghoib=samara-samar), boh anu lahir (bukti) parantos ka Dzat-an, ka Sifat-an, ka Asma-an, ka Af’al-an Alloh SWT. Kumaha rai…!, parantos rada ngageubray ?, paham ?...... Rd. Muslimat : Nya…kanggo Asma Alloh mah parantos aya gambaran, janten ku Qudrat – Irodat-Na, ngaliputan kana saniskara alam katut eusina, nya kalebeut diri manusa. Parantos kahartos kang !, kana sarat Sahna Maca Syahadat anu opat mah, nyaeta Dzat, Sifat, Asma, Af’al, ayeuna kantun hiji deui, kedah Sidik ka Rasululloh, mugi dijelaskeun !. Rd. Muslimin : Nuhun… atuh rai !, ari parantos paham mah, ngarti kana Dzat, Sifat, Asma, Af’al Alloh, nanging henteu cekap ku ngarti sareng paham wungkul, da kedah ku teras tiasa ngabuktikeunnana kanggo nyumponan sumpah urang dina kecap Ashadu, hartosna Nyaksi teu aya deui Panggeran kajabi Alloh, kapan kitu lain ?....., ari nyaksi teh kapan ningali, nya atuh kedah dugi ka awasna, ulah mung semet basa. Rd. Muslimat : Upami hoyong dugi ka kitu, kumaha carana kang ? Rd. Muslimin : Nya kedah kagungan padamelan, milari cara, milari jalanna, pilari tarekahna atawa Torekat-na. Rd. Muslimat : Ari Torekat-na, Tarekat naon kang ? Rd. Muslimin : Nya Torekat para Wali atuh, da kapan para Wali anu ngarulik tur parantos dugi ka Elmu et amah. Geuning dicarioskeun yen Kanjeng Syarif Hidayatulloh salaku lulugu para Wali anu aya di Cirebon, anu kantos Ma’rifat kana Hakekat Muhammad. Urang oge upami kekeuh keyeng mah, piraku teu kapecretan-kapecretan wae mah. Rd. Muslimat : Nuhun kang !, diwartosan, et amah emutaneun sareng pilarieun oge pidameleun rai. Cobi ayeuna mah teraskeun heula bae kana papahaman perkawis Kedah Sidik ka Rasululloh. Rd. Muslimin : Rai… upami Rasululloh anu maot tur dikubur di tanah Madinah, eta disebatna naon ? Rd. Muslimat : Kirang paos kang !, mugi diwartosan sakantenan ! Rd. Muslimin : Eta mah rai !, Muhammad Majajina atawa Syareatna, oge Rasululloh Majajina, Syareatna, da ari Muhammad sareng Rasululloh Hakekina atawa Hakekatna mah teu maot. Cing ku rai !, eta catetan ngeunaan Alam Wahdat sareng Wahidiat buka deui sareng lenyeupan deui. Kapan saparantosna jumeneng Nur atawa Johar Awal anu jadi bibit hirup jeung bibit hurip. HIRUP nyatana Nur (Cahaya) atawa Hakekat Muhammad HURIP nyatana Rasa, Rasana Nurani, Rasa Alloh nya RASULULLOH. Pan saterasna boh Nur boh Rasa, kapan ngaliputan gumulung dina saniskara anu dumadi, nya tangtosna oge ngaliputan, ngancik, gumulung, akrob di diri manusa. Sing eta ku rai emut !, ngaraos aya Hirup sareng Rasa ?....... lamun diri rai parantos dikantunkeun ku Hirup (Nur), sareng Hurip (Rasa) atuh nya maot pingaranennana. Rd. Muslimat : Parantos rada paham sareng rumaos, oge karaos kang pangna rai tiasa usik malik teh ku ayana Hirup, teras sok ngaraos pait, asin, lada, amis, sieun, keueung, melang, ngewa, water, sedih, sareng sajabana, kapan eta teh nuduhkeun yen di diri urang aya Rasa. Paingan dalil sareng Hadist nuduhkeun kudu daek ngukur ka kujur, ngaji ka diri, da bisa ngajinis. Rd. Muslimin : Tapi mangkade rai !, perkawis Rasa teh sanes hiji, tapi aya tilu tumpa atawa tingkat. Ka hiji Rasa Jasmani, kadua Rasa Rohani, katilu Rasa Nurani. Ari Rasa Jasmani tangtuna anu karasa ku jasad, contona : ateul, diciwit, kakadek, dicabok, pasti nyeri. Anu ngaliwatan letah, contona : Asin, amis, pait, lada jsb. Anu kana irung contona : Hanyir, bau, seungit jsb. Ari Rasa Rohani contona : Nyeri hate, ngewa, keuheul, resep, senang, sugema, melang, keueung, sieun jsb. Ari Rasa Nurani anu ngadorong kana sifat-sifat kahadean, luyu sareng Sifat Alloh Rahman – Rahim, contona : Jorojoy rasa nyaah, hayang mere ka budak yatim, kanu miskin (welas asih), jorojoy hayang ngalaksanakeun ibadah luyu sareng ajaran Agama, rasa cinta ka Alloh SWT, sujud, sumerah diri dibarung ku rasa rumasa yen usik malik teh ku Qudrat tur Irodat-Na Alloh SWT. Tah…. Rasa anu ieu rai !, anu ka golong kana title Rasa Alloh atawa Rasululloh mah, penting pisan Sidik tur sing langgeung karasana ku urang. Kumaha rai !...... kahartos sareng kapaham….? Rd. Muslimat : Alhamdulillah kang !, rada kahartos ayeuna mah. sing horeng Rasululloh atawa Rasa Alloh anu teu pisah sareng diri urang anu kedah diusahakeun sangkan langgeung karasana. Hanas tadina mah kedah kapendak atawa sidik ka Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Sareng Rasululloh anu parantos pupus emutan teh. Rd. Muslimin : Tah…kapan nyambung sareng anu sakumaha ka- unggeul dina dalil oge hadist-hadist Nabi anu parantos dikapayunkeun. Diantarana : ﻮﻤﻦ ﻄﻠـﺒﻞ ﻤﻮﻠﻦ ﺒـﻐـﻴـﺮﻱ ﻧـﻔـﺴـﺢ ﻓـﻘﺪ ﻇﻞﻇﻞ ﻷ ﻦ ﺒـﻴـﺪ WAMAN THOLABAL MAULANA BIGHOIRI NAFSIHI FAQOD DHOLA DHOLALAN BA’IDA Ceuk sundana : “ SAHA-SAHA JALMA NEANGAN PANGGERAN, KALUAR TI DIRINA SORANGAN BAKAL KASASAR, SABAB BOGA RASA ALLOH JAUH TI DIRINA”. Sok sanaos rai parantos paham kana babaran kedah Sidik ka Rasululloh, tetep kedah kagungan padamelan, kanggo ngabuktoskeun kana kecap : “ WA ASHADU ANNA MUHAMMAD RASULULLOH”. Rai..!, kamalinaan geuning ieu teh parantos wengi teuing, peryogi istirahat. Insya Alloh ngeunaan bag-bagan Martabat Alam Mitsal sareng Insan Kamil mah engke kapayun urang di sambung didadarkeun deui. WASSALAM ( DISAMBUNG KA JILID II ………………….. ! )

KITAB LAYANG MUSLIMIN MUSLIMAT JILID-4

BAB ELMU KASAMPURNAAN INSAN KAMIL (MANUSA SAMPURNA)
Billahi Rohmani Rohimi.


Kacarioskeun Raden Muslimin sareng Raden Muslimat parantos waktosna diumbarakeun di Alam Dunya, mulih ka Rakhmatulloh nyumponan dalil ‘WA INNA ILAHI ROJI’UN ‘, mulih ka jati mulang ka asal, mulih rasana maring kersana Allah. Gentos anu ngalalakon madungdengkeun paguneman perkawis elmu Agama, nyaeta putrana Raden Muslimin anu jenengan Raden Insan, ari putrana Raden Muslimat jenengan Raden Kamil. Raden Insan sareng Raden Kamil ( kapi raka sareng kapi rai ) yuswana parantos nincak sawawa. Sumedeng buta tulang buta daging, nuju belekesenteng gede tanaga. Margi ti aalit parantos di didik, di atik ku ibu rama kana bag-bagan ka-Agamaan, neuleuman elmu Agama cepengan Jungjungan Nabi Muhammad Rasululloh SAW, anu disebat
RUKUN AGAMA ( Sareat, Tarekat, Hakekat, Ma’rifat ), atuh ninggang kana babasaan Teng Manuk teng, Anak Merak kukuncungan, Uyah mah tara tees ka luhur, ieu dua nonoman teh layeut sakaresep neuleuman elmu Agama ka-Ma’rifatan, pangpangna kapi rakana Raden Insan sasat parantos pasagi pangartina. Atuh dina prakna bermasyarakat teh, istuning nyumponan tatakrama hormat tilawat ka sepuh, ka guru, ka ratu, ka wong atua karo, ajeg pamadegan, rengkuh ka papada kaula, handap asor henteu luhur pamakanan, lungguh timpuh, tapi ngaluluguan anu sifatna paguyuban gawe babarengan enggoning nyumponan kaperluan kahirupan masyarakat lingkunganana, pikeun pangan, sandang, papan, anu di imbangan ku kagiatan-kagiatan karohanian. Masyarakat di luar, di ajak sangkan garetol ngalaksanakeun amal ibadah kana parentah Allah, oge diwisik sacara malapah gedang sangkan ngarti sarta bisa Ma’rifat ka anu marentahna. Dina hiji waktu ieu dua nonoman teh parantos caralik papayun-payun di lebet Bale Paguneman sakumaha anu sok dilaksanakeun ku Ramana, seja madungdengkeun papahaman Agama Islam khususna, ngaronjatkeun sagala elmu anu kantos diwiridkeun ku Ramana.
RADEN INSAN : Rai Kamil !....., langkung ti payun, mangga urang sasarengan nembrakeun rasa syukur ka Nu Maha Suci, Anu Murbeng Alam, Anu ngusik malikeun urang, mung ku Kawelas sareng Kaasih Manten-Na urang tiasa kieu, sehat lahir batin. Saparantos di kantun ku pun Bapa sareng Rai dikantun ku pun Paman, sakedahna urang nurut kana sagala piwejangna, neraskeun hanca garapan neuleuman Elmu Agama. Ku parantos ngantunkeunnana pun Bapa sareng pun Paman, kantun urang salaku anakna anu kedah leres-leres saban waktos munajat ka Allah SWT, supados pun Bapa sareng pun Paman tiasa mulih sirna sampurna. Margi mung du’a urang salaku anakna anu aya jaminan baris diperhatoskeun ku Nu Maha Kawasa. Sakumaha saur keterangan ‘ Yen anu baris ngadorong salah saurang anu parantos aya di Alam Akherat teh mung tilu hal : Elmuna anu sampurna, hartosna anu mangfaat, anu henteu diharamkeun ku Agama, anu henteu dilarang ku Nagara. Amalan anu Ikhlas (Hablumminalloh sareng Hablumminanas) salami jumenengna, boh amal ku elmu, ku tanaga, ku harta atawa ku budi. Anak anu Soleh, hartosna anak anu ngartos, yen anu tilar dunya mah parantos di tutup lawang tobatna. Ngan du’a putrana baris diperhatoskeun ku Nu Maha Kawasa. Kitu oge upami eta putrana teh leres tekad, ucap sareng lampahna. Kumargi kitu Rai !...., upami urang nyaah ka kolot, anu dipercanten janten cukang lantaran gumelarna diri urang di Alam Dunya ieu, omat sing mupusti kana warisannana. Ari warisan anu sajatina…. Nya NGARAN anu moal pisah sareng ieu Wujud pasihan ti Gusti Allah. Mupusti teh ….. ngaran ulah tepikeun ka diomongkeun batur sadumeh goreng ucap lampah, komo bari wujud tepikeun ka ditampiling batur mah. anu kitu hartina henteu bisa miara, mupusti warisan. Margi upami anakna cilaka, kolotna pasti kababawa. Bade tiasa ngado’akeun ka kolot kumaha ?, ari urangna lamokot kokotor, bala ku dosa mah. Ari rekes ka Nu Maha Suci teh atuh urangna kedah suci heula.
RADEN KAMIL : Hatur nuhun Kang !...., tina sagala rupi piwejangna, ngelingan ka Rai…, bilih tigebrus kanu henteu pararuguh. Mugi-mugi bae Rai.., tiasa ngadalian atawa ngelesan nafsu (kahoyong) anu mengpar tina jalan anu dipiridho ku Nu Maha Suci. Salajeungna manawi Engkang henteu kaabotan, Rai teh hoyong naroskeun sababaraha hal perkawis papahaman Elmu Agama anu kantos diwiridkeun ku pun Bapa, sakantenan etang-etang ngakurkeun sareng ngantebkeun.
RADEN INSAN : Upami Rai…, kagungan kahoyong kitu,… pikeun Engkang mah anu teu kinteun atohna, salian ti ngakurkeun teh, oge etang-etang ngapalkeun sareng ngasah. Margi elmu teh henteu benten ti peso atawa bedog, tiasa sekeut upami sering di asah. Upami henteu diasah pasti mintul…, jadi kurang mangfaatna. Mangga !...., palebah mana…. Anu karaosna ku Rai… masih kirang paham ?
RADEN KAMIL : Anu henteu kinten pentingna mah…. kanggo Rai teh eta perkawis PA-TAUHIDAN, hoyong anu langkung eces, pangpangna hal Iman. Margi geuning saur para Khotib, dina Netepan Jum’at, yen Iman sareng Takwa teh mangrupi RUKUN KHUTBAH dina Netepan Jum’at.
Kukituna mugi Engkang keresa ngajelaskeun !.
RADEN INSAN : Sae eta pamadegan teh Rai !..., margi Iman mah mangrupi dasar poko, upami Iman teu acan Tahkik (anteb) pasti kapercayaan teh bakal ngambang. Kieu geura : Ari Iman teh aya 2 (dua) Tahap : IMAN KA NU MARENTAHNA nyaeta Percaya ka Nu Maha Suci. Ieu mah bagian kana Hakekat. IMANA KANA PARENTAHANNANA NU MAHA SUCI ieu mah bagian kana Sareat.
RADEN KAMIL : Mugi dijelaskeun Iman ka Nu Marentahna, nyaeta ka Nu Maha Suci teh kumaha carana ?
RADEN INSAN : Ari Iman ka Nu Maha Suci teh …, tegesna Eling. Tapi sahna Eling teh …, kedah Ma’rifat heula kana Dzat Sifatna Allah Ta’ala. Jadi kedah kapendak heula. Margi kumaha bade Iman-na (percayana), upami henteu acan paamprok mah. Ulah Iman ngan dina Lisan wungkul. Kitu tah… Rai !. RADEN KAMIL : Nuhun… parantos jelas Iman anu ka hiji mah, ayeuna kantun Iman kana Parentahanana…, kumaha maksadna ?
RADEN INSAN : Ari Iman kana Parentahannana mah, nyaeta kedah ngalaksanakeun kana sagala rupi anu diparentahkeunnana, diantarana anu kaunggel dina Rukun Iman sareng dina Rukun Islam, anu dicontokeun ku Kanjeng Nabi Muhammad Rasululloh SAW, sarta dina Tekad – Ucap – Lampah, sing kagungan pamilih, mana anu dikedahkeun sareng mana anu diharamkeun ku Agama. Tah Jalmi anu parantos kagungan pamilih ngalaksanakeun parentahNa sareng nebihan larangan Allah Ta’ala, eta anu disebat Takwa. Ari jalmi anu Takwa teh cirina jalmi anu Iman.
RADEN KAMIL : Ke.. punten Kang !..., kumaha ieu mah…, saupami salah sawios Jalmi anu bade Iman kana parentahNa atawa bade Takwa… sapertos bade Solat, bade Puasa, bade Munggah Haji… nanging Jasadna parantos henteu walakaya ?..., teras aya deui… bade Zakat, Sidkoh, Infak, Amal Jariah, nanging miskin malarat rosa ?. tah upami henteu tiasa ngalaksanakeun kedah ku gerak jasad…, sareng amal ku harta…, panginten eta jalmi teh henteu disebat Iman kana ParentahNa.., margi henteu aya cirina.
RADEN INSAN : Rai…., upami anu ngagugulung Sareat wungkul mah nyakitu.., da anu kasebat ibadah Sareat mah.. ku pamolah jasad sareng sagala rupi anu katingali ku panon. Ari perkawis amal jariah mah kapan aya katangtuannana, aya iwalna pikeun anu kokoro mah. Mung perkawis Ibadah wujud ka Allah, anu mawi Iman kedah ditempuh dua-duana oge…, kedah diteleuman tur dipidamel. Tah dina palebah jasad henteu tiasa walakaya. Ari anu parantos Ma’rifat mah ka Dzat – Sifat Allah Ta’ala… henteu janten halangan Iman ka Nu Maha Suci, margi Eling anu henteu ngawaktu. Istuning saendeng-endeng, usik malik, diuk nangtung, leumpang ulah pegat ti Eling ka Manten-Na. salawasna moal pegat dugi ka hosna maot oge, da parantos
‘ WA HUWA MA’AKUM – AENA MAKUNTUM ‘ , Hartosna : Siang wengi parantos ngaraos sasarengan, henteu pisah.
RADEN KAMIL : Kang !...., kumaha upami salah sawios jalmi, ngalaksanakeun ibadah Sareat…., puguh jasad parantos teu walakaya, atuh bade ibadah Hakekat (Eling saendeng-endeng) da teu acan Ma’rifat…., kumaha tah ?
RADEN INSAN : Nya upami kitu mah atuh KAFIRAN, engke dina maotna henteu sareng Iman. Atuh poek… jadi linglung rarasaan, Nyawa teh sasab kapidangdung.. henteu tiasa mulang ka asal. Tah kitu Rai !. RADEN KAMIL : Dina perkawis ngalaksanakeun Iman kana parentah-Na, utamina dina Hablumminalloh, eta teh panginten ngandung hartos nyembah atawa sujud ka Allah. Anu bade ditaroskeun teh …, manawi aya dasar hukumna kedah sumembah teh ?
RADEN INSAN : Aya Dalilna Rai !...., dina Surat Thoha ayat 25 :
LA ILLAHA ILLA ANNA,
hartosna : Teu aya deui anu disembah kajabi Kami. Teras aya deui Dalil, Surat Al-Bayinah ayat 5 :
‘WAMA UMIRU ILA LIYA’BUDULLOHA MUKHLISINA LAHUDIN’,
hartosna : Parentah nyembah ka Allah kedah ikhlas.
RADEN KAMIL : Dupi… tadi kantos disaurkeun, yen Iman ka Nu Maha Suci teh kedah Ma’rifat heula, naha aya dasarna ?
RADEN INSAN : Aya Hadist Nabi…., anu diriwayatkeun ku Syaidina Ali :
 ‘AWALUDINNI MA’RIFATTULLOHI’
Anu Hartosna : Awal-awalna Agama kedah terang heula ka Allah.
‘AWALU WAJIBUN ALAL INSAN MARIFATULLAHI BI ISTIQANI’
Anu Hartosna : Ari awalna (mimitina) kawajiban manusa nyaeta kudu nyaho ka Allah ku kayakinan anu panceug/kuat (istiqomah) nyatana anu teu umbut kalinuan teu gedag kaanginan.
 ‘WA KAMALU MA’RIFATTIHI ATASDIKU BIHI’
Anu Hartosna : Jeng ari sampurnana Ma’rifat teh nyaeta Tasdik (Sidik).
‘WA KAMALU TASDIK BIHI TAUHIDU’
Anu Hartosna : Ari kasampurnaan Tasdik nyaeta Tauhid.
‘WA KAMALU TAUHIDU BIHI AL-IKHLASULLAHU’
Anu Hartosna : Ari kasampurnaan Tauhid nyaeta Ikhlas. Jadi Rai !...., TAUHID teh Nunggalkeun Allah, boh Dzat-Na, boh Sifat-Na, kalebet padamelanna-Na. Tegesna Jalmi anu Tauhid teh …, anu parantos tiasa misahkeun tina rurujit, nyingkirkeun laku maksiat … ngahiji kanu beresih.
RADEN KAMIL : Perkawis Ma’rifat…, manawi henteu lepat… eta teh lebet salah sawios Rukun Agama, Rai.. masih keneh bingung, tadi disaurkeun ku Syaidina Ali : Yen sampurnana Ma’rifat teh nyaeta Sidik (Tasdik). Manawi aya katerangan anu langkung eces ?
RADEN INSAN : Leres Rai !..., eta teh tutugna RUKUN AGAMA, (Sareat – Tarekat – Hakekat – Ma’rifat). Dijelaskeun ku Hadits Nabi :
 اﻋـﺮﻓـﻜﻢ ﺒـﺮﺒـﻪ اﻋـﺮﻓـﻜﻢ ﺒـﻧـﻔـﺴـﻪ
ARAFUKUM BIRABBIHI ARAFUKUM BINAFSIHI
Artina : Jalma anu bener-bener nyaho ka Allah nyaeta anu geus lewih ngarti jeng nyaho ka dirina sorangan. Dijelaskeun deui, ari Ma’rifat teh KASYAF. Ari Kasyaf teh nyaeta Kabukana Hakekat (anu sabenerna). MA’RIFATUL HAKEKATUL MAUJUDA Anu Hartosna : Kabukana sagala anu aya (Isbat) kaasup dirina. Malah aya deui Hadits Nabi Muhammad :
MAN SHOLATA BILA MA’RIFATIN LATASIHU SHALATUHU
Anu Hartosna : Henteu sah solatna jalma, upama henteu acan Ma’rifat.
RADEN KAMIL : Hatur nuhun Kang !..., kana katerangan-katerangan, anu henteu kinten kahartosna. Rada bray-brayan ayeuna mah. Salajengna anu bade ditaroskeun teh …nyaeta bade nyusul amanat pun Bapa nalika jumeneng…, ka Rai teh kieu : “ Omat ku hidep sing kapendak Hakekat Tasjid “. Tah kumaha eta TASJID teh kang ?
RADEN INSAN : Upami Rai.. bade nyusul tepus HAKEKAT TASJID, hartosna Rai teh …bade napak tilas laratan Asal sareng nyusul Hakekat Netepan (Solat), oge sakaligus nyumponan Hadist Nabi anu tadi disaurkeun :
‘MAN SHOLATA BILA MA’RIFATIN LATASIHU SHALATUHU’
Anu Hartosna : Henteu sah solatna jalma, upama henteu acan Ma’rifat.
RADEN KAMIL : Ke..kang !..., Huruf Tasjid jigjig kana Asal urang sareng kana Netepan sagala ?,…. Naha naon hubungannana ?
RADEN INSAN : Is…. Atuh kantenan aya pakuat pakaitna mah… kieu : Antawis Asma Allah (Jenengan) anu nganggo Tasjid, mung Lafadz Allah ( ﺍﷲ ) sareng Muhammad ( ﻤﺤـﻤﺪ ). Cing Rai !..., emut-emut deui !..., panginten parantos didugikeun ku Tuang Rama.. perkawis Hakekat Muhammad atawa Johar Awal tea !. Kapan eta anu janten WAL AWALU (Pang Awalna) di damel ku Nu Maha Suci teh. Ari sorotna eta Hakekat Muhammad atawa Johar Awal teh jadi Nur Muhammad (Cahaya opat rupi) :
NARUN (CAHAYA BEREM) NGAJADI HURUF ALIP ( ﺍ ) Saren MIM ( ﻣ )
HAWAUN (CAHAYA KONENG) NGAJADI HURUF LAM ( ﻞ ) Sareng HE ( ﺣ )
MAUN (CAHAYA BODAS) NGAJADI HURUF LAM ( ﻞ ) Sareng MIM (ﻣ )
TURABUN (CAHAYA HIDENG) NGAJADI HURUF HE ( ﻪ ) Sareng DAL (ﺩ )
Ari HAKEKAT MUHAMMAD atau JOHAR AWAL janten Hakekat Tasjid ( ω )
Janten ti dinya asalna Lafadz Allah ( ﺍﷲ ) sareng Muhammad ( ﻤﺤـﻤﺪ ). Saparantos Nu Maha Kawasa ngadamel Jalmi nyaeta Adam (Adegan Wujud), ari rupina disebat Muhammad ( ﻤﺤـﻤﺪ ). Kieu Rai ! : Tina SIRAH NGAJADI HURUF MIM AWAL ( ﻣ )
Tina DADA NGAJADI HURUF HE ( ﺣ )
Tina UDEL NGAJADI HURUF MIM AKHIR ( ﻣ )
Tina SUKU NGAJADI HURUF DAL ( ﺩ )
Tah ieu WAL AKHIRU (pang akhirna) Muhammad teh. Panutup, oge bungkus Nur sareng Rasa.
Ti dinya kakara turun tumurun ngalahirkeun Manusa dugi ka jenengan Muhammad bin Abdullah lemburna di Quraes Mekah, anu pangkatna Nabi oge salaku Rasul, anu ngagelarkeun AGAMA ISLAM, salaku Nabi Panutup. Moal aya deui Nabi Kantun Elmuna (Rukun Agama) jadi Ageuman/padoman pikeun umatna tug dugi ka kiwari. Tah kitu Rai !..., pangna nyusul-nyusul huruf Tasjid sami sareng nyusul laratan Asal Hirup Manusa. Janten :
WAL AWALU : Pang awalna Allah teh ngadamel Hakekat Muhammad atawa Johar Awal (Sagara Hirup). Hartosna saniskara anu nyawaan (Hirup) asalna tidinya.
WAL AKHIRU : Pang akhirna Allah ngadamel Sareat Muhammad. Rupi manusa, jadi bungkus atawa nutupan Nur sareng Rasa, oge Panutup Pangkat Nabi (Khotaman Nabiyin).
RADEN KAMIL : Punten Kang !..., eta katerangan teh .. aya dasarna ?
RADEN INSAN : Ieu Hadits Nabi :
 ﺍﻮﻞ ﻤﺎﺧﻟﻖﺍﷲ ﻧﻮﺮﻧﺒﻴﻚ ﻴﺎ ﺠﺎﺒﺮﻮﺧﻟﻖ ﻤﻧﻪ ﺍﻷ ﺷﻴﺎﺀ ﻮﺍﻧﺖ ﻤﻦ ﺗﻟﻚ ﺍﻵ ﺷﻴﺎﺀ
AWWALUMA KHALAQALLAHU NURA NABIYYIKA YA JABIRU WA KHALAQA MINHUL-ASYYA’A WA ANTA MIN TILKAL ASYA’I,,
Artina : Awal mula anu Alloh jadikeun nyaeta Nur Nabi Anjeun ya,, Jabir. Jeung Alloh ngajadikeun tina Nur eta, sagala sesuatu ieu, jeung Anjeun hai,,Jabir nu kamasuk tina sesuatu eta.
 ﺍﻦﺍﷲ ﺧﻟﻕ ﺮﻮﺡ ﺍﻟﻧﺑﻲ ﺼﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻴﻪ
 ﻮﺴﻟﻢ ﻤﻦ ﺯﺍﺗﻪ ﻮﺧﻟﻖ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ ﺒﺎﺀ ﺴﺮﻩ ﻤﻦ ﻧﻮﺮﻤﺤﻤﺪ ﺼﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻴﻪ ﻮﺴﻟﻢ
INNALLAHA KHALAQA RUHANNABIYYI SHALALLAHU ‘ALAIHI WASALLAMA MIN DZATTIHI WA KHALAQAL ‘ALAMA BIASRIHI MIN NURI MUHAMMADIN SALALLAHU ALAIHI WASSALAM Artina : Saenyana Alloh nyiptakeun Roh Nabi Muhammad tina Dzat-Na, tuluy Alloh nyiptakeun alam, kalawan rahasiah-Na tina Nur Muhammad SAW.
RADEN KAMIL : Samentawis… rada cekap eta katerangan teh, kapayun hoyong langkung anteb deui. Mung ayeuna hoyong diterangkeun anu pakuat pakaitna TASJID sareng NETEPAN (SHOLAT).
RADEN INSAN : Kapan Hakekat Muhammad teh … jadi hurup TASJID dina Lafadz Allah…, sareng Takbiratul Ikhram dina Sholat.
NURUL AHMAR/CAHAYA BEREM NGAJADI HURUF ALIP ( ﺍ ) ari Wujudna dina Sholat nyaeta NANGTUNG.
NURUL ASHFAR/CAHAYA KONENG NGAJADI HURUF LAM ( ﻞ ) ari Wujudna dina Sholat nyaeta RUKU.
NURUL ABYAD/CAHAYA BODAS NGAJADI HURUF LAM ( ﻞ ) ari Wujudna dina Sholat nyaeta SUJUD.
NURUL ASWAD/CAHAYA HIDENG NGAJADI HURUF HE ( ﻪ ) ari Wujudna dina Sholat nyaeta LUNGGUH. Jadi Rai !..., nuju Solat mah Takbiratul Ikhram, Nangtung, Ruku, Sujud, Lungguh, eta ngagambarkeun Lafadz Allah ( ﺍﷲ ) pikeun nyusul Hakekat Muhammad, Cahaya Berem, Cahaya Koneng, Cahaya Bodas, Cahaya Hideung.
Tah upami parantos pertingkah LUNGGUH (ATAHIYAT), eta mah ngagambarkeun Lafadz Muhammad ( ﻤﺤـﻤﺪ ) :
Tina SIRAH NGAJADI HURUF MIM AWAL ( ﻣ )
Tina DADA NGAJADI HURUF HE ( ﺣ )
Tina UDEL NGAJADI HURUF MIM AKHIR ( ﻣ )
Tina SUKU NGAJADI HURUF DAL (ﺩ )
Tapi henteu acan janten wujud dalil Muhammad, margi kirang Tasjid. Eta anu kedah dipilari !!!. Rai !..., Tasjid teh mangrupa Koncina Bumi sareng Langit pikeun mukakeun LAWANG HIJAB (Pipinding) Ma’rifat ka Allah. Pikeun ngaburak, ngarakrak JAGAT SHOGIR baris nimbulkeun Lelembut Raga (Jatining Manusa). Upami kapendak eta TASJID, engke bakal kahartos pasal Nafi Isbat. Kitu tah Rai !..., perkawis Tasjid teh !...., mangga geura Manahan sing anteb, sareng pilari Tarekahna !!!. Tapi ketang…, sanaos hayoh dipikiran oge kalah ka murudul rambut…, moal kapendak, upami henteu acan terang kana prak-prakan SHOLAT TAZALLI atau Sholat Da’im, padamelan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Ieu teh penting kacida Rai !.., upami Wujud Manusa henteu acan ngawujud dalil Lafadz Muhammad ( ﻤﺤـﻤﺪ ), eta moal pendak sareng Allah ( ﺍﷲ ) hartosna moal Ma’rifat. Mugi Rai.., janten uninga…, Para Rasul salaku utusan Allah ( Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad), diantara anu genep teh …, anu kaselir tiasa MI’RAJ mah, mung hiji nyaeta Jungjunan Nabi Muhammad Rasululloh SAW. Matenna anu kaselir ku Nu Maha Agung sina ninggal Akherat, ninggal ka ayaan Batin memeh pupus. Mantenna mah parantos uninga waktosna.
RADEN KAMIL : Manawi aya cirina para Rasul anu henteu kaselir Mi’raj Kang !.
RADEN INSAN : Ari cirina mah… kapan buktos dina Lafadz Jenengannana henteu nganggo Tasjidan.., salian ti Nabi Muhammad anu aya mah…, nya sami sareng Lafadz Allah, eta ciri anu dipaparin Konci kangge ngadeuheus ka Maha Suci. Tah ayeuna urang salaku umat Nabi Muhammad Rasululloh SAW, pada kagungan waris… asal tiasa kependak Tasjidna. Carana sing Suhud milarian.., dipeser ku prihatin, tirakat, mutih… sareng disarengan ku Tekad, Ucap, Lampah anu sae. Insya Allah awal akhir baris tinekanan.
RADEN KAMIL : Aduh hatur nuhun.. kahartos pisan eta katerangan sareng piwejang ti Engkang…, kantun Rai… milarian Tarekatna, supados kenging Koncina. Upami anu parantos kagungan konci ku jalan Tarekat…, rupina… sami hiji jalan kana Ma’rifat. Anu bade ditaroskeun ku Rai !.., naon paedahna, atawa mangpaatna, pangna Manusa Wajib Ma’rifat ka Allah ?
RADEN INSAN : Ari paedahna Ma’rifat teh Rai !.., nyaeta pikeun sarat SAHNA AMAL IBADAH URANG DI ALAM DUNYA, supaya yakin nyembahna, moal pegat dugi ka maot engke. Margi Rai !..., ari leresna Sumembah teh .. kedah tepung heula sareng Anu di Sembahna. Jadi tara ngaheulakeun sembah Samemeh pendak. Kitu deui.., leresna PUJI oge kedah bukti heula anu dipujina. Oge upama urang tumarima Jadi Kawula teh …, kedah tingali heula Di Gustina. Upami urang bade Kuli/Buburuh atuh kedah milari heula Dunungannana, tara ujug-ujug didamel, margi bisi henteu puguh buruhannana. Tah anu dijentrekeun di luhur teh luyu sareng Dawuhan Allah Ta’ala dina Qur’an (Surat Al-Hijir ayat 99) : WA’BUD ROBBAKA HATTA YA’TIYAKAL YAQIN, Anu hartosna : Kudu nyembah maraneh ka Panggeran maraneh sing tepi ka Yakin.
RADEN KAMIL : Punten Kang !.., kumaha upami aya salah sawios jalmi.., henteu acan terang kana jalan-jalan ibadah sakumaha kedahna, maksad teh henteu tina ibadah Sareat heula, nanging aya kadar tiasa Ma’rifat ka Nu Maha Suci ?
RADEN INSAN : Jalmi anu kitu langkung untung, tandana eta jalmi teh kenging Taufik (pitulung) ti Nu Maha Suci, oge hiji cirri eta Jalmi teh dihampura dosana. Perkawis Ma’rifat mah… Rai !.., bade tina Sareat, bade tina Tarekat…, ti mana bae jalanna mah, da sanaos tina Sareat oge, ari bade ningkat kana Ma’rifat mah, tangtu nyorang heula Tarekat. Margi Tarekat mah.. pikeun ngabuktikeun Sifat-sifat Hakekat, nyaeta Dzat – Sifat – Asma, eta teh Barang Ghaib, anu tiasa ditingalina teh sanes ku Soca biasa, sakumaha saur Hadis :
RU’YATULLAHI TA’ALA FIDUNYYA BI AENIL QOLBI, Anu hartosna : Ningali Sifat-sifatNa Allah di dunya ku Awasna Mata Batin/Qolbu. Kitu Rai !..., katerangan Ma’rifat ka Allah teh, henteu dipastikeun kedah Sareat heula…, kumaha dipaparin Taufik-na ku Nu Maha Suci. Da Manten-Na anu kagungan Sifat Wenang.
RADEN KAMIL : Perkawis hal Ma’rifat ku Rai… parantos kahartos, jadi paedahna teh : Mangrupi sarat pikeun Sahna Ibadah sareng Amalna, supados sampurna. Pikeun Ngabenteng Hawa Nafsu anu Goreng, sangkan sampurna Tekad, Ucap jeung Lampahna. Pikeun Lampu Kasalametan boh di Dunya, boh di Akherat. Margi sifat anu mawa salamet teh CAANG. Sedengkeun sifat anu mawa cilaka teh Poek. Lampu (Caang) teh penting, supados lumakuna henteu tutubruk. Margi upami anu henteu acan kagungan lampu mah.., tos kantenan jalmi ma’siat, dalah anus ok getol aribadah oge sok rajeun diaradu jeung baturna, da poek tea. Kang da kana papahaman mah parantos yakin kana ieu Elmu teh kantun kumaha carana supados enggal kadugi kana Ma’rifat ?
RADEN INSAN : Supados enggal mah, teu aya deui carana teh kedah kieu : Pilari sing kapendak Rukun Ma’rifat, piraku ku tuang Rama teu acan diwartosan !, geuning dina Sifat 20 Allah mah Wahdaniat, oge eta teh lebet kana Sahna Maca Sahadat.
RADEN KAMIL : Anu mana tea….. nya ?, duka henteu acan….. Duka hilap deui Kang ?
RADEN INSAN : Eemmmh… Rai… mah……, Rukun Ma’rifat teh…. eta : DHAT – SIFAT – ASMA – AF’AL
RADEN KAMIL : Ooooh…. Leres… emut ayeuna mah.., anu kedah : Netepkeun heula Kana Dhat-na Allah Ta’alla Netepkeun heula Kana Sifat-na Allah Ta’alla Netepkeun heula Kana Asma-na Allah Ta’alla Netepkeun heula Kana Af’al-na Allah Ta’alla Kudu geus Sidik/Tasdik Ka Rasululloh
RADEN INSAN : Nuhun atuh parantos ka emut mah. tah anu tilu Dzat – Sifat – Asma kagolong barang Gaib. Ari Gaib teh Aya tapi tanpa bukti. Manusa diwajibkeun percaya kanu Gaib. Da ceuk dalilna oge :
ALLADINA YU MINUNA BIL GHOIB,
Hartosna : Ari Jalma anu Iman teh anu nekadkeun, ngabenerkeun kana perkara anu Gaib. Tapi sahna urang Iman sarta ngaku kana perkara Gaib teh, kedah yakin heula kana barang-barangna. Sedengkeun barang Gaib mah henteu katingali ku panon biasa, tapi kedah ku Gaib deui. Ari anu Gaib di Wujud Manusa teh sami nyaeta Dzat – Sifat – Asma Allah tea. Janten ditingalina teh kedah ku Gaibna Manusa. Geuning saur Hadist oge : WALLAHU GHOIBUN AL-INSANU GHOIBUN,
Hartosna : Allah teh Ghaib manusa oge Ghaib. Tah upami urang parantos Awas kana Sifat Hakekat (Dzat- Sifat – Asma), tanwande urang bisa tepi kana MA’RIFATULLOH. Emut Rai.., ari biasa Allah teh .. tetep Jenengan. Jenengan saparantosna Isbat (Aya) lahirna manusa.
Ari Dohirna Manusa teh … saparantos gulungna Dzat – Sifat – Asma – Af’al Allah. Margi eta anu opat teh… jadi Huruf Allah ( ﺍﷲ ) :
DZAT NGAJADI HURUF ALIP ( ﺍ )
SIFAT NGAJADI HURUF LAM AWAL ( ﻞ )
ASMA NGAJADI HURUF LAM AKHIR ( ﻞ )
AF’AL NGAJADI HURUF HE ( ﻪ ) Tapi sanaos jadi Huruf ALIP ( ﺍ ), LAM AWAL ( ﻞ ), LAM AKHIR ( ﻞ ), HE ( ﻪ ).
Henteu acan janten Lafadz Allah, margi henteu acan kumplit sareng Tasjid ( ω ).
Ana kitu atuh…. Tasjid na teh …, Sareatna … kanyataan Manusa. Margi aya Jenengan Allah teh…. Saparantos aya Manusa. Paingan Dawuhan Allah :
 ﺍﻻﺣﻖ ﺒـﺎﻻﺣﻖ ﺍﻻﺣﻖ ﺒـﺎﻻﺣﻖ  ILLA HAQQA BILLA HAQQIN - ILLA HAQQIN BILLA HAQQA
Tegesna : ‘ MOAL AYA AING LAMUN EUWEUH MUHAMMAD (MANUSA), MOAL AYA MUHAMMAD (MANUSA) LAMUN EUWEH AING’.
Tetela ‘ Muhammad (manusa) teh henteu aya antarana sareng Allah. Sesuai numutkeun dalilna :
WA NAHNU AQRABUN ILAIHI MIN HABLIL WARID
Hartosna : Kami lewih deukeut ka maneh, sanajan dibandingkeun urat beuheung jeung beuheung maneh oge.
RADEN KAMIL : Perkawis Jenengan Allah, saparantos ngupinkeun katerangan ti Engkang…, rada ngagebray, nanging manawi aya ibaratna…, supados langkung eces Kang !.
RADEN INSAN : Cing urang milari conto sangkan langkung jelas. Conto Sareatna : Rai !..., kantos ngadangu jenengan Pamarentah ?...., manahan ku Rai..!, Kumaha Wujudna Pamarentah teh ?. Kapan sadayana oge ngangkeun yen Pamarentah teh anu pang kawasana di nagara mah. Rai !..., ari anu disebut Pamarentah teh kedah kacumponan sarat-saratna : Kedah aya Presiden-na Kedah aya Mentri-mentri-na Kedah aya Rahayat-na Kedah aya Wilayah-na Upami kacumponan sarat-sarat ieu, nembe sah disebut Pamarentahan. Ongkoh disebut Pamarentah… tur kawasa…, sanajan Presiden oge ari bade Ngalantik teh…, sok nyaurkeun kieu : SAYA ATAS NAMA PAMARENTAH…., tapi wujudna mah kapan henteu bisa dituduhkeun. Upami nuduh Pamarentah ka Presiden/Raja… kapan eta mah jelas Presiden/Raja Upami nuduh ka Mentri…., kapan eta mah para Mentri pembantu Presiden. Upami nuduh ka Rahayat…, kapan tos kantenan eta mah Rahayatna. Upami nuduh ka Wilayah….., kapan puguh eta mah Wilayahna. Jadi Rai !..., Jenengan Pamarentah teh Yakin Aya, tapi Tanpa Rupa/Bukti. Pikeun ngayakinkeun Ayana …., kedah terang kana Sifat-sifatna Pamarentah nyaeta : Kedah terang ka Presiden Kedah terang ka Mentri-mentrina Kedah terang ka Rahayatna Kedah terang kana Wilayah legana Nagara. Tah anu opat sifat ieu teh Kaliputan atawa Kapurba Wisesa ku Kakawasaan Pamarentah.
RADEN KAMIL : Eta mah nembe conto Sareatna Kang !...., kumaha ari conto Hakekatna ?
RADEN INSAN : Conto numutkeun Hakekatna mah kieu : Ari basa Allah teh jenengan, cing kumaha Wujudna ?...., sami teu tiasa dituduh-tuduh, ibarat nuduh kana Pamarentah dina Sareat mah. cing ayeuna babandingannana : Upami nuduh kana Dzat-Na Allah, ibarat Pamarentahan…., cing naon barangna dina Diri Manusa ? Upami nuduh kana Sifat-Na Allah, ibarat Presiden…., cing naon barangna dina Diri Manusa ? Upami nuduh kana Asma-Na Allah, ibarat Mentri…., cing naon barangna dina Diri Manusa ? Upami nuduh kana Af’al-Na Allah, ibarat Rahayat katut Wilayahna…., cing naon barangna dina Diri Manusa ? Upami parantos terang kana barangna eta anu opat kalawan Haqul Yakin, katingalina ku Panon Qolbu/Hate, tah… anu kitu disebat Ma’rifat ka Allah.
 RADEN KAMIL : Dupi eta kana Dzat…., naha wajib katingalina ?, kapan saur Dalil oge :
 ﻠﻴﺲ ﻠﻪ ﻤـﻜﺎ ﻦ ﻭﻻ ﺰﻤﺎ ﻦ ﻓﺧﻠﻖ ﺍﻠﻤﻜﺎ ﻦ ﻭﺍﻠﺰﻤﺎ ﻦ
LAESA LAHU MAKANUN WALA ZAMANUN FAKHOLAQO MAKANAN WAL ZAMMAN
Anu hartosna : Allah teu bertempat, MantenNa anu nyiptakeun Waktu sinareng Tempat.
DHAT LAESA KAMISLIHI SAEUN…….. anu BILA HAEFIN……, BILA MAKANIN (Teu tiasa disaruakeun, henteu warna, henteu rupa, henteu imah henteu enggon). Atuh bade katingali kumaha ? RADEN INSAN : Henteu wajib Rai !, ningali kana Dzat-Na mah…. wajib teh terang kana Ayana bari Karasa. Ibarat kana Seneu, ningali kana Hurungna (sifatna) ari kana Panasna mah asal terang sareng Karasa sami hoyong yakin kana ayana panas, atuh kedah dirampa sifatna (hurungna) eta seneu, pasti bakal Karasa Panasna. Kitu deui… upami urang parantos ningali kana Sifat-Na Gusti Allah, tangtu Karasa Ayana Dzat teh, sarta karaos ngaliputannana teh kana sagala Sifat-sifatNa. Jadi Dzat anu langkung Kawasa teh da… kapan Hurung (sifatna seneu) bijilna teh ku ayana Panas. Geura buktikeun upami urang bade ngahurungkeun seneu… boh ku Kayu Api atawa Gasolin (Bensin), kapan siki Kayu Apina teh digesekeun heula kana cangkang kayu api sina panas heula. Upama parantos panas… kakara bijil Hurungna. Di dinya antara Panas sareng Hurung ngagulung jadi hiji (manunggal). Jadi Dzat sareng Sifat ngagulung. Tah kitu Rai !..., padika Allah mah… nu ngadamel sok ngahiji sareng anu dipidamel (Jumeneng).
Asal Nafi (teu bukti) jadi Isbat (aya bukti).
Nafi – Isbat jadi Hiji (ngagulung).
Anu mawi Lafadzna LA ILLAHA ILA ALLAH :
LA = Kanyataan ayana Dzat
 ILLAHA = Kanyataan ayana Sifat
ILA = Kanyataan ayana Asma
ALLAH = Kanyataan ayana Af’al
Gulungna NAFI = LA ILLAHA ILA
Sedengkeun ISBAT = ALLAH
RADEN KAMIL : Kang !..., dupi eta Dzat – Sifat – Asma – Af’al…, naon barangna dina wujud urang ?
RADEN INSAN : Rai !... eta mah rasiah…., margi eta mah Elmu Agama Rasululloh. Ari Kanjeng Nabi Muhammad teh kapan urang Quraes, upami Rai !..., hoyong tutug eta Elmu…, atuh kedah janten urang Quraes heula. Hartosna kedah ahli ngosongkeun patuangan (tirakat/kentel peujit). Sabar heula Rai !.., kedah nuju salse eta mah. Ayeuna mah cumponan heula bae sarat-saratna…, da engke oge kauningana teh ku rai nyalira.
RADEN KAMIL : Kitu nya…., jadi udageun Rai.. kapayun. Atuh ayeuna mah bade digentos patarosannana, nyaeta anu disebat Hiji Asmana Allah teh naon tea Kang ?
RADEN INSAN : Eta teh …barang Gaib keneh…, anu sok disarebat barang Ismu Dzat. Ari barangna : QUDRAT = NURULLOH / JAOHAR AWAL,
anu ngahirupkeun Manusa. IRODAT = NUR MUHAMMAD, anu ngajadikeun sadayana sifat-sifat (anu ngajadi) : Paninggal, Pangrungu, Pangangseu, Pangucap. Rai !.., Manusa teh tina Qudrat – IrodatNa Allah Ta’ala, anu mawi kedah kauninga ti ayeuna!, margi kapan kedah mulang deui kadinya. Upami urang ayeuna henteu Ma’rifat (terang) ka dinya, tangtu bakal kalangsu, ngulibek di dunya-dunya keneh.
RADEN KAMIL : Dupi anu disebat Hiji Af’alna (dadameulannana) Allah naon nyatana ?
RADEN INSAN : Kapan eta Wujud anu diangge ku Rai !..., naha pangrasa teh kitu eta wujud teh kenging Ibu-Rama ?. Atuh upami Ibu-Rama tariasa ngadamel Wujud Manus amah…, Dalil Lahaula wala Kuwata teh teu keuna. Pisakumahaeun teuing.. pa alus-alusna meureun nyarieun budak teh. Tah ieu Wujud teh Rai !.., ngabuktoskeun Kakawasaan sareng KersaNa Allah Ta’ala. Tapi sok sanaos Allah Kawasa oge…., kedah bae ari nganggo sabab mah, geuning saur Dalil oge : INNALLOHA A’LA KULLI SYAEIN SABABA,
Hartosna : Allah ngajantenkeun sagala rupi nganggo sabab. Nya ieu Wujud disababannana perentawisan Ibu-Rama. Jadi Ibu-Rama teh sakadar cukang lantaran.
Bilih Rai !.., teu acan ngartos…, ieu wujud teh nyantel (ngahiji) kana Dzat – Sifat – Asma – Af’al.
Atawa dina Lafadzna mah : ALIP ( ﺍ ), LAM AWAL ( ﻞ ), LAM AKHIR ( ﻞ ), HE ( ﻪ ).
Katarik kana kanyataan Allah ( ﺍﷲ ), jadi ieu Wujud Huruf HE ( ﻪ ) dina Lafadz Allah ( ﺍﷲ ).
RADEN KAMIL : Naha Kang ?, kapan ieu Wujud teh barang anyar ?
RADEN INSAN : Iiih.. anyar soteh Isbat-na (ayana bukti), da tadina mah barang Nafi tea, … Nafi – Isbat jadi hiji.
RADEN KAMIL : Upami ieu Wujud leres barang Nafi…, naha atuh sok ruksak atawa buruk di Kuburna ?
RADEN INSAN : Tiasa bae.. buruk, bau…, upami ieu Wujud diangkeun Wujud Manusa. Rai !..., sing ngartos ieu mah sanes Wujud Manusa !, tapi Wujud bukti dadamelan Allah Ta’ala…, tempat sareng parabot pikeun nyumponan sagala karep Manusa. Supados henteu lieur…, cing upami Rai hoyong ka Jakarta…, naha ieu Wujudna anu hoyong ka Jakarta teh ?, atawa Manusana ?.
RADEN KAMIL : Panginten anu hoyongeun mah Manusana atawa Rasana !.
RADEN INSAN : Tah geuning ngartos, leres Rai.. eta Rasana…. Nanging eta kahoyong Rasa teh tiasa dugi moal upami henteu disarengan ku Wujud ?
RADEN KAMIL : Bujeng-bujeng kanu tebih… sanaos kanu caket oge…, moal tiasa upami henteu disarengan ku Wujud mah. Atuh sawangsulna panginten Wujud oge moal tiasa indit upami henteu ku Dzat – Sifat – Asma.
RADEN INSAN : Tah di palebah dieu.. Akrobna Allah sareng Manusa teh ! Saur Hadist oge :
SAGALA KAREP MANUSA, MOAL JADI LAMUN HENTEU DISARENGAN KU ALLAH. Sareng palebah dieu karaos henteu pilih kasihna Allah ka papada Manusa teh … rata pada dipasihan Wujud, mangrupa ‘ Kanyataan Af’al- Na Allah. Pikeun ngabarengan sareng ngajadikeun kana saniskara Karepna Manusa. Cing ku Rai emut !..., kapan bukti ieu eusi Alam Dunya, boh imah gedong, kendaraan, listrik, radio, TV, katuangan, kalengkepan kasehatan, kalengkepan ibadah jsb. Eta teh teu aya lian anu kagungan Karepna mah Manusa, dijadikeunana nya ku Wujud (Af’alulloh). Tah kitu deui Rai !.., kanggo eusina Alam Akherat oge, boh Sawarga, boh Naraka, nya ku hasil karepna manusa sareng padamelan Wujud… nuju di Alam Dunyana. Anu mawi Rai !..., da ari Allah mah Tetep Suci…, teu ngalap paedah (imblan/ngancam) ngadamelna Manusa teh, henteu bade ngaganjar henteu bade nyiksa, kasakabeh manusa oge. Palebah aya Sawarga sareng Naraka…, Allah mah mung nyadiakeun wungkul pikeun hasil karepna manusa, sareng padamelan Wujud (Af’alulloh). Kusabab kitu…, Rai sing atos-atos ngagolangkeun ieu Wujud teh da ieu teh Amal Nu Maha Suci. Ulah gagabah ngagunakeunnana !..., anggo amal ibadah bari disarengan ku soleh hate, suci ati (suci tekadna, suci ucapna, suci lampahna).
ATI : Ulah diangge Sirik, pidik, jail, kaniaya, goring sangka, ujub, ria, takabur jeung munafek.
BAHAM : Ulah diangge Ngumpat simuat, geureuhan, songong, sugal jsb.
WUJUD : Ulah diangge Lampah maksiat ( 5 M) : Maling, Maen, Madon (Lacur), Mateni (Maehan batur). Nu mawi Allah ngayakeun Kitab Al-Qur’an oge, eta pikeun Ukur-ukuran (anggeur-anggeuran) laku Manusa. Jadi Qur’an teh lain keur ngahukum batur, tapi ngahukum dirina (anu macana).
Kapan parantos diugerkeun ku “ AMALUNA AMALUKUM”. Dina salah sawios Hadits oge dijelaskeun :
HASYIBU ANFUSYAKUM QOBLA TUHAASYABU, AWZINUU ANFUSYAKUM QOBLA AN’TUWZANUU
Anu hartosna : Hisab awak maneh (sorangan) samemeh jaga dihisab. Sarta timbang amal maneh (sorangan) samemeh jaga ditimbang.
RADEN KAMIL : Perkawis Af’’alulloh parantos kapaham barangna ieu wujud. Tapi tadi saur Engkang ieu mah sanes ‘ Wujud Manusa’…, kapan panginten sami-sami keneh ?. upami aya bentenna … anu mana atuh Wujud Manusa anu sategesna ?
RADEN INSAN : Kieu Rai !..., ari Wujud anu bukti mah… eta kanyataan Af’alulloh, sedengkeun Wujud Manusa anu sategesna mah Gaib. Aya tapi teu ngabukti (nyumput). Anu matak saur Hadist : ﻮﻤﻦﺍﻋـﺮﻑ ﻧـﻔـﺴـﻪ ﻓـﻘـﺪ ﺍﻋـﺮﻑ ﺮﺒـﻪ ﻮﻤﻦ ﺍﻋـﺮﻑ ﺮﺒـﻪ ﻓـﻘـﺪ ﺠـﻬـﻳﻼ ﻧـﻔـﺴـﻪ WAMAN AROFA NAFSAHU FAQOD AROFA ROBBAHU, WAMAN AROFA ROBBAHU FAQOD JAHILAN NAFSAHU (Singsaha jalma anu geus nganyahokeun kadirina sorangan tangtu bakal nyaho ka Panggerannana, Samangsa-mangsa geus nyaho ka Panggerannana tangtu bakal leuwih nyaho kadirina anu bodo). Tah geuning kedah dipilarian diri teh : Pangna kedah dipilarian oge panginten ku Buni (nyumput) margi Gaib tea. Da anu ngajentul katingali mah henteu kedah dipilarian. Upami jalmi parantos terang kana Jatining Manusa tangtos bakal ngaraos bedana Manusa sareng Allah, bedana anu Suci sareng Anu Kotor. Tah upami parantos ngarasa kotor… tangtu kersa beberesih ( Tobat, moal ngalakukeun deui ).
RADEN KAMIL : Euhhh… janten bentenna antawis Wujud sareng Wujud Manusa teh : Ari Wujud mah, anu bukti, mangrupi Af’alulloh, sok disarebat oge Jasad, Jasmani, Diri, Badan atawa Adam. Ieu teh mangrupi Bungkus, panginten nya Kang. Sedengkeun ari Wujud Manusa mah, atawa Jatining Manusa, sok disebat oge Rohani, mangrupi Asmaulloh. Ieu mah mangrupi eusina Jasmani. Ari barangna nyaeta : NARUN, HAWAUN, MAUN, TUROBUN. Rupina di dieu gulungna Rasa teh nya Kang !.
RADEN INSAN : Nuhun geuning Rai !..., parantos dikersakeun Caang. Leres kitu Rai.., mung sing emut… eta nembe dua tahap. Anu satahap deui mah Sifatulloh anu gumulung sareng Dzattulloh tea, cing emut-emut !..., naon barangna ?.
RADEN KAMIL : Ke… manawi henteu lepat…, sanes eta Kang !.... Johar Awal atawa Hakekat Muhammad atawa Bahrul Hayat (Sagara Hirup), sanes kitu Kang ?. RADEN INSAN : Tah… geuning parantos paham. Leres eta Rai !. Eta teh tina QODRAT – IRODAT-na Allah. Ari sorotna Bahrul Hayat (Sagara Hirup).., nya janten Hrupna Manusa atawa Roh Suci, anu ngusik malikeun urang. Engke oge Rai !.., mulih teh kedah ka dinya deui, luyu sareng Dalil : INNA LILLAHI WA INNA ILLAIHI ROJI’UN, Hartosna : Asal ti Allah, mulih deui ka Allah. RADEN KAMIL : Ke… Kang !..., upami urang asal ti Allah, teras urang teh ayeuna diumbarakeun di ieu Alam Dunya sakitu puluh taun lamina, engke parantos dugi kana waktosna kedah mulih deui ka Allah. Upami kitu mah atuh urang teh pisah.. patebih sareng Allah. Padahal Rai… nalika turun ti Alam Akhirat (Batin)… henteu ngaraos ngingking, ujug-ujug clok bae di Dohir (Dunya). Tapi eta saur Dalil kedah bae mulih deui ka Allah Maha Suci. Tah naon eta teh Kang… Anu mulih teh ?.
RADEN INSAN : Kutan… Rai teh masih bingung ?. Leres …Rai … kedah mulih, nanging sanes ngingking… sapertos ti luar ka lebet bumi,…. Tapi anu Mulih teh Rasana (Nyawa), mulang deui ka asal urang keur tadi. Cing emut- emut deui ku Rai !...., nyumponan Dalil : INNA LILLAHI (Asal ti Allah) !. Anu nembe haneut keneh diterangkeun : Asal Hirup ti mana ? Asal Rasa atawa Jatining Manusa ti mana ? Asal Wujud atawa Jasmani ti mana ?
RADEN KAMIL : Tapi… naha geuning ari umumna mah… panyileukan engke marulang teh bet …. Haroyong ka Sawarga ?, padahal saur Dalil mah : WA INNA ILLAIHI ( mulih deui ka Allah), geuning Dalilna henteu WA INNA AL-JANNAH (mulih ka Sawarga), kumaha eta Kang ?.
RADEN INSAN : Memang aya Hadist anu nerangkeun, yen sadayana Jalmi teh ti Sawarga, hartina tina Kani’matan, tina Sahadat (Sa-Adat) waktu tadi nalika Ibu sareng Rama sapatemon Rasa. Jadi urang bade gumelar ka Alam Dunya teh kapan ngalangkungan heula Ni’mat (Sawarga). Jadi Sawarga mah Rai !..., diangge liliwatan wungkul. Atuh dina engke urang mulang oge… nya kedah ngalangkungan deui Ni’mat (Sawarga), anu saterasna mulih deui ka Allah… ka Sagara Hirup. Da kapan ayana Ni’mat (Sawarga) teh ku aya Hirup. Hirup Allah anu Langgeung henteu kena ku ruksak. Jadi anu mulih teh Rasana (nyawa)… Rai !.
 RADEN KAMIL : Kumaha…Kang !..., anu itikadna hoyong mulih teh mung dugi ka semet Sawarga ?
RADEN INSAN : Iiiih… dugi ka dinya oge parantos untung, saratna oge anu kitu beuratna, sok sanaos dugi ka dinya teh hartosna mulih kana Ciptaannana Allah (Makhlukna) henteu mulih ka Nu Nyiptana ( WA INNA ILLAIHI ).
RADEN KAMIL : Ke…Kang !... palebah Ni’mat (Sawarga) dina waktu maot, lebah mana karaosna ?.
RADEN INSAN : Eta palebah Sakarat, kuduna … urang teh ngaraos rebu-rebu ni’mat… kedah persis anu karaos ku Ibu – Rama kapungkur nalika saresmi sapatemon. Tah Rai !, dipalebah dieu Hakekat Wat Sirotol Mustakim teh. Tegesna jalan anu bener Paturayna Nyawa sing Nepi kana Laratan Dzat – SifatNa Allah.
RADEN KAMIL : Anu kumaha Kang !..., anu Maot… kenging kani’matan nuju Sakarat teh ?
RADEN INSAN : Nya anu nuju di Dunyana mendakan Elmuna, nyaeta Elmu Kasampurnaan.
RADEN KAMIL : Kumaha upami nuju di Dunyana henteu mendak sareng Elmu Kasampurnaan ?
RADEN INSAN : Nya atuh sawangsulna tina ngaraos ni’mat…, sarebu lipet ngarasakeun kanyerian, persis anu karaos ku Ibu dina waktos harita babar atanapi ngalahirkeun. Renghap ranjug, tibubunceulik, juba, jebi, adug lajer, lurak lirik neangan jalan.. Poekeun.
RADEN KAMIL : Tadi Engkang nyaurkeun…, yen anu mulih teh Rasana atawa Nyawana. Tah … Rasa (Nyawa) anu maot teh kamana jigna ?
RADEN INSAN : Kieu Rai !..., pangbalikan urang teh … Pangbalikan Rasa ti Dunya mulih deui ka Rasa Kapungkur. Pangbalikan teh aya 3 (tilu) perkawis : Balik ka HAKNA ADAM Balik ka HAKNA MUHAMMAD Balik ka HAKNA ALLAH Jadi Rai !..., engke dina maot mah…, anu nangtukeun teh kumaha katerang Elmuna. Upami Elmuna (Katerangna) ngan semet tuturut munding, ibadahna luak leok, ngalakonan soteh bakat ku era ku batur, kurang suhud, kurang Haqul Yakin, muhit ukur ka barang dunya, atuh tangtu dina waktu Sakaratna eta Rasa )Nyawa). Imanna teh kana Dunya… nya … Nyawana kontak sareng barang Dunya. Upama kitu tangtu balikna ka dunya deui. (Balik ka Hakna Adam ). Eta mah kumaha pamuhitannana, kana bagong, Oray, Maung, Monyet jsb. Upami Rasana (Nyawa) kontak sareng asal Nur Muhammad, tangtu bakal nyumponan kana basa Mulang ka Asal (Balik ka Hakna Muhammad ), didieu tetep langgeung dina Ni’mat (Sawarga) tea. Upami Rasana (Nyawana) kontak sareng Bahrul Hayat (Sagara Hirup), tangtu nyumponan kana basa Mulih ka Jati (Balik ka Hakna Allah). Mulih deui kana Rasa kapungkur, Rasa Allah tea (Rasululloh). Henteu aya naon-naon.., anging Allah anu Langgeung JumenengNa. Kitu tah … Rai…, nyanggakeun hoyong nu mana ?
RADEN KAMIL : Punten .. Kang !..., Rai.. rada rewel.., margi masih keneh panasaran. Anu bade ditaroskeun teh, eta Nyawa kaluarna tina Wujud teh kana naon ?.
RADEN INSAN : Ari saur Kitab mah Rai !..., kaluarna Nyawa tina kurungan teh tina Embun-embunan.
RADEN KAMIL : Ke.. Kang !..., upami Nyawa kaluar tina kurungan (wujud) mah… atuh panginten masih kakurungan ku wangunan Alam Dunya ?, Hartosna mulih deui kan Hakna Adam ?, upami kitu mah tetep di Alam Dunya di pangumbaraan. RADEN INSAN : Leres kitu Rai !..., eta teh saur Kitab…. Nyawa kaluar tina wujud ti Embun-embunan…, margi henteu kapendak jalan ka Akherat.. asal tadi. Jadi ngarasa poek, ka hijab (kapindingan) teu katembong… heug bae nyasab. Rasana oge pasti eungap…, lila-lila mah bitu (kawas ban anu kaleuwihan teuing ngompana). Anu mawi pantes Nyawa bijil norobos tina wujud kana Embun-embunan. Anu kitu tetep dina Hakna Adam.
RADEN KAMIL : Parantos kahartos perkawis Nyawa anu norobos tina wujud mah. Salajengna … dupi Nyawa anu sampurna ?, kumaha eta Kang ?.
RADEN INSAN : Mungguh Nyawa anu sampurna mah… henteu kaluar.. oge henteu tetep…, da basana oge sampurna. Ari sampurna teh Seep bersih. Ibarat damar atawa lampu cempor seep minyakna, seep hurungna, seep panasna, nya pareum.. beresih teu aya sesana. Supados langkung jelas Rai !... kieu : Hurungna ibarat Kahayangna Panasna ibarat Rasana Minyakna ibarat Rohna Sadayana seep/bersih henteu aya anu kakantun, mulih deui kana asalna nyaeta Nur Muhammad sareng ka Nur Dzat (Nurulloh).
RADEN KAMIL : Ke… Kang !..., upami basa sampurna kitu, naha ngan seep bae ?, sapertos asalna tadi… henteu aya ngeunah sareng teu ngeunah ?.
RADEN INSAN : Aeeehh…. Kutan henteu acan kapaham ?, ari cara kapungkur samemeh turun ka Dohir…, henteu aya ngeunah sareng henteu ngeunah mah, atuh sami sareng martabat sato…, anu henteu kabagean Sawarga sareng Naraka (Ngeunah sareng henteu ngeunah). Margi saur Dalil oge pikeun sato mah “ KUNTU TUROBA”, hartosna : Asal henteu aya jadi aya…, engke balik deui kana henteu aya. Anu mawi henteu katetepan Agama. Benten deui sareng Manusa, kapan dina Dalilna oge
“ KANJAN MAHFIAN “, Anu hartosna : tina asal teu aya, teras gumelar di Alam Dunya, engke mulang ti Dunya di sampurnakeun ganjaran sareng siksaan (Sawarga – Naraka). Ari Ganjaran (Sawarga) disadiakeun pikeun anu maotna Sampuna, hartosna bakal nampi Ni’mat taya babandingannana. Dina Al-Qur’an :
“ FIHA MATASYTAHIL ANFUSU WATALADZULI AYUNI WAANTUM FIHA KHALIDUN “, Hartosna : Sawarga teh aya sagala anu dipikahayang…, sarta kaendahan anu katingali sareng langgeung. Sedengkeun Naraka.., eta disadiakeun pikeun anu maotna henteu sampurna.., baris nampi ka teu ngeunah anu taya babandingannana.
RADEN KAMIL : Ke…Kang !..., dupi anu nampi ganjaran sareng siksaan teh naonnana ?.
RADEN INSAN : Kapan parantos dijelaskeun … anu mulih teh Rasa (Nyawa). Tapi kapan Rasa teh aya 3 (tilu) Rupa : RASA JASMANIAH (Rasa Kadunyaan) RASA ROHANIAH RASA NURANIAH (Rasa Jati). Upami RASA JASMANI (Rasa Kadunyaan) Saperti : Rasa ngeunah, rasa teu ngeunah, rasa hayang, rasa ka keuheul, rasa kamelang jsb, parantos seep (leungit), engke bakal aya anu bijil RASA NURANI (RASA JATI). Tah eta anu baris nampi Ganjaran teh Langgeung Ni’mat.
RADEN KAMIL : Ke…Kang !..., ari RASA JATI teh asalna ti mana ?
RADEN INSAN : Kapan tadi disanggeumkeun… Rasa Nurani (Rasa Jati) teh sering kabulen ku Rasa Rohani sareng Rasa Jasmani (Kahoyong atawa nafsu sareng prilaku). Tah upami eta Rasa Rohani sareng Rasa Jasmani parantos seep (leungit) nya timbul deui Rasa Nurani (Rasa Jati) teh. Pokona mah Rai !..., upami Rasa Jasmani kacandak ka Akherat (Batin), tangtu moal kenging ganjaran (Sawarga), malah sawangsulna bakal nampi siksaan (Naraka). Rasa Jati mah bageannana Ni’mat Batin (Sawarga) Rasa Jasmani mah bageannana Kani’matan wungkul.
RADEN KAMIL : Kutan… aya bentenna basa Ni’mat sareng Kani’matan teh.
RADEN INSAN : Tangtu aya bedana… ari Kani’matan mah anu ngaggo padamelan. Conto Kani’matan : Urang resep dinu caang, kapan kedah ditingali. Aya imah gedong endah… kapan kedah ditingali. Sapatemon sareng bojo…. Kani’matan, kapan kedah dipidamel. Kani’matan mah… keuna ku bosen (henteu langgeung). Ari Ni’mat mah (Sawarga) tea… di Batin mah henteu kalawan Padamelan henteu di tuang, henteu di leueut, henteu di tingali, henteu di dangu, henteu di angseu, kapan saur Rasul oge : FIHA MALLA’AENUN ROAT, WALLAUDZUNUN SAMI’AT, WALLA KHODORO’ALA QOLBI BASYAR Anu hartosna : Mungguh Sawarga anu Agung teh hiji kaayaan anu henteu katingali ku soca, henteu kadangu ku cepil, henteu ka gambarkeun ku hate, henteu ku padamelan mung Ni’mat anu karaos.
RADEN KAMIL : Upami gambaran di Dunya mah panginten…. Sawarga teh di wangun ku gedong-gedong anu arendah, katuangan anu narikmat, Widadari anu gareulis…, sakumaha kaunggeul dina Hadist. Kumaha eta Kang ?.... yen Jalmi anu Iman, …. Misti kenging ganjaran Akherat, dipapag ku Widadari opat puluh. Panginten Widadari teh istri. Tapi teu acan nguping aya Widadari pamegetna (Widadara)……. anu baris mapag Jalmi istri anu Iman ?
RADEN INSAN : Eta…. Mah kieu Rai ! Ka hiji Sakadar Panyingsieunan sareng Pangbibita, sangkan manusa Narurut, ngarah sieun sareng kabita. Geuning ku Hadist di sapertikeun keur di Dunya, Naraka teh seneu anu panas kacida, lir godogan timah anu hurung pitempateun jelema doraka. Atuh Sawarga tempat Jalmi anu Iman, dipapag ku Widadari sareng hal-hal anu arendah. Ka dua Leres aya Widadari teh …, nanging eta teh Muna’if (nyilokakeun kani’matan) ganjaran ti Nu Maha Suci. Ku urang kedah dipikir panjang sing kahartos, papay laratan Widadari teh !. Ari Widadari teh rupina istri anu gareulis. Ari istri teh kapan sifat Kasukaan Ati, kacinta, kadeudeuh, kabirahian, kani’matan pikeun di Alam Dunya. Saurang Jalmi Iman disadiakeun 40 (opat puluh) widadari, atuh tada teuing seueurna. Eta… teh siloka Rai !..., saleresna mah … mung 4 (opat). Kieu geura anu 4 (opat) teh :
KA HIJI : Kani’matan Soca, boh ningali Jalmi, boh ningali kaendahan Alam atawa barang.
KA DUA : Kani’matan Baham, ngaraoskeun naon-naon anu di tuang.
KA TILU : Kani’matan Cepil, ngupingkeun sora, musik, lagu jsb.
KA OPAT : Kani’matan Pangambung, ngangseu anu seungit-seungit. Tah ni’mat-ni’mat Akherat mah Rai !..., henteu karana Di Pidamel heula…, estuning ni’mat salamina. Eta tah anu mulang ka Asal … ka Sawarga Agung teh nyaeta anu Ma’rifatna ka Nur Muhammad (Hakna Muhammad).
RADEN KAMIL : Ke.. punten… Kang !..., ari Ni’mat teh anu kumaha ?, naha aya di Dunya…. Babandingan Ni’mat di Akherat teh ?.
RADEN INSAN : Aya Rai !...., ngan di Dunya mah sepersarebuna Ni’mat di Akherat !.
RADEN KAMIL : Kani’matan anu mana …. Anu sapersarebuna teh ?
RADEN INSAN : Eta… ari Rai.., Nuju Kulem tibra, geuning henteu emut kana kadunyaan, henteu emut naon-naon !, tapi sanes nuju ngimpen !. Geuning nembe sakitu oge Rasa Jasmani teh henteu kuat…. Parantos seep sama sakali, parantos leungit dunya barana, leungit bojo/caroge, leungit putra, leungit sagala…. Kasilih ku Rasa Ni’mat. Tah di dinya sidik anu nampi teh Rasa Jati.
RADEN KAMIL : Dupi eta anu mulih ka JATI … atawa ka HAKNA ALLAH anu kumaha Kang ?. RADEN INSAN : Eta anu nuju di Dunyana parantos mendakan Elmuna tiasa Ma’rifat ka Hakekat Muhammad (Sagara Hirup, Nur Dzat, Nurulloh, Dzat-Sifat Allah). Sampurna mulih ka Rasa Kapungkur … nalika masih keneh janten NUR. Tiasa MULIH RASANA MALING KERSANA. Ti dinya mah… nya kumaha dikersakeunaNa … mulih deui ka SAJATINING SUWUNG (DZAT LAESA KAMISLIHI). RADEN KAMIL : Nembe rada bray-brayan Kang !..., teu acan pas.., manawi aya anu langkung eces ti dinya katerangannana ? RADEN INSAN : Upami masih bingung keneh…., cing urang ibaratkeun eta RASA DOHIR sareng RASA BATIN/AKHERAT teh. Kieu Rai : Anu disebut ku Para Wali BAHRUL HAYAT (Sagara Hirup) teh …., anu mahi ngaliputan ka 7 Lapis Bumi, 7 Lapis Langit katut saniskara eusina, upami di Alam Dohir (Dunya) mah… ibarat SAGARA CAI atawa Laut. Laut teh mangrupi puseur ti sakumna cai-cai anu araya di sakuliah bumi, anu aya di Walungan-walungan, di situ-situ, di kubangan-kubangan, di susukan-susukan, di balong-balong, di sawah-sawah, di sumur-sumur jsb. Jadi Laut salaku SAGARA CAI teh mahi ngahirupkeun sakumna Makhluk saeusi Dunya. Ari Cai Laut kapan rasana teh Asin. Tah ibarat urang tadi samemeh turun ka Dunya… nuju di Sagara Hurip…. Ngancik dina Rasa Asin, nyaeta Rasa Sajati ngancik dina Rasa Poho. Sacara ilmiah…, Cai Laut teh kasorot ku Panon Poe jadi sa’ab (menguap) teras janten Mega. Salajeungna mega jadi Mendung… teras jadi Hujan, caina ngancik di tempat-tempat sakumaha disebut diluhur. Tah ari parantos janten Cai hujan sareng parantos araya di darat mah… anu tadina Rasa Asin teh bet robah jadi henteu asin. Jadi Rai !..., Rasa Cai Asin anu di Laut mah ibarat Rasa Batin(Akherat), ari Rasa Cai Hujan sareng anu di darat mah ibarat Rasa Dohir (Dunya), aya ngeunah sareng teu ngeunah. Cai Hujan tadi, sa keclak sewang … ibarat jadi Nyawa Jasmani (Rasa Jasmani) anu mang milyar-milyar seueurna. Tah ibarat kitu Rai !..., kumaha jalanna ?...., sangkan eta cai anu aya dina Walungan, di Situ, di Kubangan, di Balong, di Solokan, di Sawah, di Sumur teh barisa marulang deui kana asalna… ka SAGARA CAI (Laut) ?, oge Rasana bisa balik deui kana Rasa Cai Asin.
RADEN KAMIL : Kahartos Kang !...., ari di ibaratkeun mah. Jadi pangemut Rai.. mah panginten kieu : Pilari sing kapendak Jalanna (Solokannana) anu nuju ka Laut (Sagara Cai). Pilari Akalna…. Sangkan Caina ngocor ka Laut (Sagara Cai) Pilari sing kapendak Elmuna…. Sangkan Rasa Cai di darat bisa balik deui kana Rasa Cai di Laut (Sagara Cai) nyaeta Asin. Leres kitu…. Kang ?
RADEN INSAN : Leres kitu… Rai !. Upami henteu kapendak solokannana (Jalanna) anu brasna ka Sagara Cai (Laut), upami henteu kapendak carana caina ngocor lancar ka Puserna deui, upami henteu kapendak sangkan Rasa Cai jadi Asin deui, atuh bakal tetep kukulibeukan pungkal pengkol kalangsu di darat keneh didarat keneh, bisa-bisa engke parantos ngancik dina Kolomberan nya kotor nya barau. Nya wayahna teu tiasa mulang ka Asal. Tah eta ibaratna cicing dina Rasa Naraka.
 RADEN KAMIL : Hatur nuhun Kang !..., parantos ngartos ayeuna mah, jadi kitu kajadianana teh … bentenna Rasa Dohir (Dunya) sareng Rasa Batin (Akherat) teh. Salajengna ayeuna Rai.. teh panasaran hoyong di pasihan carana atawa milarian jalan pamulihan !.
RADEN INSAN : Perkawis eta ma Rai !..., ulah lesot tina ukuran, tuturkeun sakumaha pituduh Dalil : “ANTAL MAOTU QOBLAL MAOTU “. Anu hartosna : Kedah tiasa maot samemeh maot anu sabenerna. Margi upami henteu tiasa maot heula sajeroning hirup, engke moal terang ka Akherat.
 RADEN KAMIL : Naha ? … pangna kitu Kang ?....., teu acan ngartos Rai mah.
RADEN INSAN : Kapan Ma’na tina eta Dalil ANTAL MAOTU QOBLAL MAOTU, teh sasat mere pituduh, yen Akherat (Batin)… asal urang teh kedah uninga heula ti ayeuna, supaya engke ulah nyasab atawa kalangsu jalan.
RADEN KAMIL : Ke… Kang !..., anu di maksad Maot didieu teh…., naha Maot leres ?, atawa kumaha ?. RADEN INSAN : Kapan saur katerangan oge MAOT SAMEMEH MAOT, jadi sanes maot leres !. Maksadna teh … sing ngaraos Sakarat, sing Karaos Nyerina. Upami disorang ti ayeuna, engke dina waktosna…. Moal kasorang deui, margi sakaratna parantos seep.
RADEN KAMIL : Emmmh… janten……ieu mah mung supaya ngarasakeun wungkul ?, manawi teh maot leres. Dupi bentenna sareng anu maot leres … kumaha tah ?
RADEN INSAN : Kieu atuh Rai !..., aya NYAWA sareng RASA NYAWA : Ari anu maot leres mah, Nyawana Henteu Aya, tinggal Wujudna (Af’alulloh) tea. Ari anu dimaksad ANTAL MAOTU QOBLAL MAOTU mah… upama basa Karuhun mah KUDU BISA NGANJANG KA PAGETO. Eta teh kieu : KA HIJI Sanes Nyawana anu henteu aya teh …, tapi Rasa Nyawana anu kedah leungit pisan. Sing tiasa hilap kana saniskara …. Kalebet kana Wujudna sorangan…. Bakating ku cengeng ka Dzat – Sifat Allah…., ningal sajeroning Ati. KA DUA Kedah ngarasakeun Nyerina Sakarat Jalan Maot di lahir. Ngarah henteu nganteur Nafsu teuing kana kama’siatan. Upami saur ahli-ahli Tassawuf mah kedah ngalangkungan Pintu Fana pikeun ngajugjug, sangkan dugi kana Musyahadah (Paneteup) ka Dzat Allah. Ari carana kedah ngalangkungan Panto Maot, dina hartos Maot Kahoyong (Nafsu) pikeun Awasna Qolbu. PANTO MAOT AYA 4 (OPAT) TAHAP :
Tahap Ka I MAOT TABI’I Saur ahli Tarekat mah, dumasar kana Karunia Allah dina waktu Dzikir Qolbi. Ngawitan Hate Dzikir, tina Hate ngontak kana Baham/Letah Dzikir.
Ti dinya rarasaan mimiti laleungit…, akal pikiran mimiti henteu jalan.
Didieu mah QAULUHU LAFA ILA I’LALLAHU.
Gerak sareng cicing salian ti Allah. Nur Illahi ngawitan tumuwuh dina jero Hate.
Tahap Ka II MAOT MA’NAWI Dumasar kana Karunia Allah, dina waktu Dzikir Latifah Ruh. Saparantos Nur illahi tumuwuh di Jero Hate, saharita Panto Batin ngawasa paninggal. Sifat ka Insanan parantos lebur…, Rasa Jasmani kasilih ku Sifat Allah anu Maha Sampurna tur Azalli.
QAULUHU LA HAMMA I’LALLAHU.
Henteu aya Hirup salian ti Allah. Tahap
Ka III MAOT SURI Dumasar kan Karunia Allah dina waktu Dzikir Latiful Sirri. Didieu Rasa Jasmani kasilih ku Alam Ghaib ( anu pinuh ku NUR, Cahaya ). Dawuhan Allah :
NURUN ALA NURIN YAHDILLAHU LINURRIHI MAN YASYA’U.
Hartosna : Cahaya luhureun cahaya, Allah maparin anugerah ku Nur-na ka saha bae anu di Kersakeun. Tahap Ka IV MAOT HISSI Dumasar kana Karunia Allah dina waktu Dzikir Latiful Khaufi. Dina tahap ka opat ieu mangrupi tahap anu pangluhurna, nuju kana Ma’rifat. Malah dina puncak-puncakna mah ngalaman Ka-Ayaan anu heunteu acan pernah : Di tingali ku Soca Di tingali ku Cepil Kacipta ku Ati sanubari manusa, nyaeta : Sifat-sifat Allah anu Qodim Azalli. Pangalaman ieu mustahil bisa dibuktikeun.., tapi bakal ngarti pikeun anu kungsi ngalaman tur anu ngarasakeun.
RADEN KAMIL : Dupi carana kedah kumaha Kang ?....., di ajar ngaraoskeun Sakarat teh ?
RADEN INSAN : Ari carana mah, nya ayeuna nuju Hirup… bari mengpeung jagjag waringkas keneh… kedah milari sing kapendak Elmu Sakarat.
RADEN KAMIL : Upami parantos kapendak Elmuna…, sareng parantos nyobi ngaraosan di ajar Sakarat…, kumaha tah… engke dina waktosna Sakarat anu leres bade Maot Kang ?
RADEN INSAN : Sahanteuna bae atuh Rai.. da parantos ngarasakeun sakitu engapna… sakitu nyerina… piraku henteu pinuh ku kasieun, pinuh ku karisi. Atuh dina sesa hirupna teh beuki ati-ati…, Tekadna…, Ucapna…., Lampahna jadi boga pamilih… mana anu nungtun kana pibeneren oge mana anu sakira mawa kana kasangsaraan. Atuh di wuwuhan ku getol ibadah (Hablumminalloh), oge amal (Hablumminanas) bari di sarengan ku rasa ikhlas (Lillahi Ta’ala)… sahanteuna sakedik-sakedik bisa meresihan dosa-dosa dirina. Upami dirina parantos bersih tina sagala kokotor, dosa anu karasa anu henteu karasa (upami saur Ahli Tassawuf mah TAKHALI ), atuh teras di eusian ku amal ibadah ( TAHALLI ) atuh engkena teh bisa lancar tiasa Awas ( TAZALLI ).
RADEN KAMIL : Ke…Kang !..., manawi aya ngarana sareng 4 (opat) istilah nyaeta : IHROM – MI’RAJ – MUNAJAT – TUBADIL, eta kumaha hartosna sareng dimana pernahna ?
RADEN INSAN : Eta 4 (opat) istilah teh ari hartos sareng pernahna : Ari SAREAT mah, di Mekah, ku anu bade MUNGGAH HAJI. Ari Hakekat , upami Rai !..., henteu acan ngartos… eta .. nuju SOLAT SAJATI, Kieu katerangannana :
IHROM teh, Mimiti, peta-peta tekad seja indit, lamun Manuk mah rek ngapung.
MI’RAJ teh, Eta parantos jung ngapung ngalayang, ninggalkeun Alam Dunya lat poho ka Alam Dohir. MUNAJAT teh, Parantos munggah ka Alam Batin bade dugi kanu dijugjug.
TUBADIL teh, Parantos anjog kanu diseja, Sapaninggal Kawula Kalawan Gusti. Parantos ngancik di Kalanggeungan dina Baetulloh Suci. Baetulloh anu sajati, anu lain di kulon, di kidul, di wetan, di kaler sareng henteu keuna ku ruksak, nyaeta KIBLAT NYAWA anu sampurna.
RADEN KAMIL : Kang !...., punten naon tea Sifatna Baetulloh anu sajati teh ?
RADEN INSAN : Eta Rai !...., Dzat-Na Maha Suci, ari Sifat-Na teh Caang Padang narawangan atawa Johar Awal tea !. Tah… eta Rai !. Kiblat Maot wajib ku urang disungsi !..., ari hoyong PULIH KAJATI PULANG KA ASAL mah (Wa Inna Illaihi Roji’un).
RADEN KAMIL : Kahartos Kang… perkawis istilah atawa basa IHROM, MI’RAJ, MUNAJAT, sareng TUBADIL mah…, nanging naha eta teh aya pakuat-pakaitna sareng Tazalli ?
RADEN INSAN : Rai !... ulah lieur ku basa atawa istilah…, eta teh sami anu di sebat : TAZALLI – SOLAT KHUSUS – SOLAT DAIM – SOLAT SAJATI, malah seueur deui eta teh Solat dina TAREKAT mangrupi tingkatan tina Solat Sareat.
Ari SOLAT SAREAT mah Pertingkahna teh … ngagambarkeun Lafadz Allah ( ﺍﷲ )
Ari SOLAT TAREKAT mah Ngagambarkeun Lafadz Muhammad ( ﻤﺤـﻤﺪ ) sareng nyusul Hurup Tasjidna. RADEN KAMIL : Kang !...., masih lieur keneh… mugi dijelaskeun supados enggal kapaham !.
RADEN INSAN : Nya… supados langkung jelas atuh urang wangsulan deui :
PERTINGKAH SOLAT SAREAT SARENG MA’NANA PERTINGKAH TAKBIRATUL IKHROM Ngagambarkeun Hurup Tasjid ( ω ) ngasalkeun tina JOHAR FARID (Cahaya Panon Poe).
PERTINGKAH NGADEG Ngagambarkeun Huruf ALIP ( ﺍ ) ngasalkeun tina SENEU anu ngandung 4 (opat) perkara : ROH IDOPI ROH NURANI ROH RAHMANI ROH ROHANI Anu numuwuhkeun AJEG PAMADEGAN, wani kana bebeneran dina tangtungan sorangan NAFSUNA AMARAH. PERTINGKAH RUKU Ngagambarkeun Huruf LAM AWAL ( ﻞ ) ngasalkeun tina ANGIN anu ngandung 4 (opat) perkara : NUFUS ANPAS TANAPAS NAPAS Wijining Hurip anu numuwuhkeun RENGKUH, Ngajenan ka sasama, Sabar, Tawakal NAFSUNA LAWAMAH.
PERTINGKAH SUJUD Ngagambarkeun Hurup LAM AHIR ( ﻞ ) ngasalkeun tina CAI anu ngandung 4 (opat) perkara : ROH ROBBANI ROH NABATI ROH NAFSANI ROH JASMANI Anu numuwuhkeun SUJUD HANDAP ASOR/DEPE-DEPE, Rukun hirup sauyunan NAFSUNA SAWIYAH. PERTINGKAH LUNGGUH Ngagambarkeun Hurup HE ( ﻪ ) ngasalkeun tina TANEUH anu ngandung 4 (opat) perkara : WADI MADI MANI MANIKEM Anu numuwuhkeun SABAR, Tenang, Qonaah, Tawado, sadrah sumerah, Ikhlas NAFSUNA MUTMAINAH. Tah upami parantos pertingkah LUNGGUH (ATAHIYAT), eta mah ngagambarkeun Lafadz Muhammad ( ﻤﺤـﻤﺪ ) : Didieu mah sing tiasa ical RASA JASMANI atawa leungit RASA DUNYA, malah Diri sakujur oge henteu inget…, istuning husu… cengeng… ka Nu Maha Suci. Lami-lami Rasa Jasmani kasilih ku Rasa Jati (NUR MUHAMMAD). Malah upami kenging Ridho sareng di kersakeun.., tangtos tiasa Ningali DZAT – SIFAT ALLAH (Hakekat Muhammad atawa Tasjid ( ω ) anu kaya EMAS sinangling ). Geuning Dawuhan Allah (QS. Ar-Rahman : 26-27) :
KULLU MAN ALAIHA FANIN WA YABQO WAJHU ROBBIKA DZUL JALALI WAL IKROM.
Anu hartosna : Saban Jalmi bakal binasa atawa Fana (Leungit).
Sedengkeun Dzat Allah tetep langgeung, kagungan Sifat Sampurna sareng Maha Agung.
KULLU SYAI’IN HAALIKUN ILLA WAJHAHU,
Anu hartosna : Sagala sesuatu leungit sirna tur ancur teaya arti, iwalti Dzat-Na. (QS. Al-Qoshos : 88).
 MAA INDAKUM YANFADU WAMAA INDALLAHI BAQIN,
Anu hartosna : Naon anu aya di aranjeun bakal ancur, jeung naon anu aya di Allah langgeung abadi. (QS. An-Nahl : 96).
Atuh dina Kitab Iqadzul Himan, Ahli-ahli Tasawwuf nyaurkeun :
MAN RO’ALHAQQO TA’ALA GHOBA ANAFSIHI WA MAN RO’A NAFSAHU HUJIBA ANNILOHI “
Anu hartosna : Saha-saha anu ningali Dzat Allah…, pasti FANA (Leungit) dirina. Sawangsulna, saha-saha anu masih keneh ningali dirina…, pasti ka HIJAB (Kapindingan) ka Dzat Allah.
Tah Rai !..., upami parantos tiasa leungit RASA KADUNYAAN, RASA JASMANI, nembe bakal ngartos kana NAFI – ISBAT.
RADEN KAMIL : Kumaha pereleannana NAFI – ISBAT teh Kang ?
RADEN INSAN : Ari Allah teh Rai !..., NAFI – ISBAT, kapan padika Allah mah benten sareng Manusa, Allah anu ngadamel… MantenNa anu Jumeneng. Ari Manusa mah … pisah sareng hasil padamelannana. Allah teh asal NAFI (Ghaib teu ngajirim), jadi ISBAT (Aya bukti). Tah ISBAT-NAFI janten Ngahiji ngagulung. Anu mawi Lafadz “ LAA ILLAHA ILA ALLAH :
LAA Kanyataan Ayana DZAT
ILLAHA Kanyataan Ayana SIFAT
ILLA Kanyataan Ayana ASMA
ALLAH Kanyataan Ayana AF’AL Ieu teh Tileum-Timbul. Upami nuju NAFI (Rohani anu timbul)… atuh ISBAT-na kedah Tilem (Rasa Jasmani tilem).
RADEN KAMIL : Hatur nuhun Kang !..., Rai parantos dipasihan katerangan anu marundel… di antawisna anu disebat Solat Sareat sareng ma’nana, atuh Solat Tarekat sareng ma’nana malah disebat oge Solat Tazalli, anu hartosna Awas. Cing Kang !..., manawi aya dasarna ?, sareng manawi aya tahapannana perkawis Tazalli teh ?
RADEN INSAN : Atuh kantenan aya mah…, boh dasar hukumna boh tahapannana. Kieu geura : Dasarna Dalil (Surat Al-Araf 143) :
FALAMMA TAJALLA ROBBUHU LIL JABALI JA’ALLAHU DAKKAN WAHORO MUSA SO’IQON
Artina : Waktos awas ka Gunung…., kajadian gunung ancur, sareng Nabi Musa jadi kapiuhan. Ma’na tina Dalil di luhur, nalika Nabi Musa parantos FANA DIRINA (disebat kapiuhan)… nembe TAZALLI (Awas) ka Dzat – Sifat Allah Ta’ala. Ari TAHAPAN-TAHAPAN TAZALLI, eta aya 4 (opat) tahap :
TAZALLI AF’AL Nyaeta leungitna Gerak/Padamelan, kasilih ku timbulna Gerak Allah Ta’ala. Dalilna : WALLAHU KHOLAQOKUM WAMA TA’MALUN,
Hartosna : Jeung Allah anu ngajadikeun maneh katut naon-naon anu ku maneh dipigawe.
TAZALLI ASMA Nyaeta leungitna ingetan kana dirina, sareng bebas tina sifat-sifat (bukti-bukti anu anyar), tina RASA JASMANI, saterasna lebet kana kalanggeungan Allah Ta’ala. Sategesna henteu aya anu katingali, kajabi kabukana NUR ILAHI dina kaayaan anu biasa, jadi parantos aya di ALAM BATIN. TAZALLI SIFAT Nyaeta SIFAT AL-HAQU TA’ALA nyilih SIFAT INSANI. Tazalli-na Allah ka mahklukna mangrupi Karunia MantenNa. TAZALLI DZAT Nyaeta WUJUD MUTLAK, manunggalna Kawula lan Gustina anu langgeung DZATTULLOH.
Dalilna : LA MAUJUDA ‘ALALI’ TAQI’I ILALLAHU,
Hartosna : Teu aya Wujud sacara Mutlak, kajabi Dzat Allah. Di dieu parantos nembus Qolbu ku NUR = CAHAYA.
Waktos eta… Qolbu teh CAANG… kauninga rasiah karunia sareng RAHMAT ALLAH TA’ALA. Tah kitu Rai !..., Tahapan-tahapan TAZALLI sareng ma’nana !. Kumaha tiasa kapaham ?
RADEN KAMIL : Alhamdulillah Kang !..., rada ngagebray perkawis Tazalli mah. mung eta perkawis Paninggal Qolbu, kumaha eta teh ?
RADEN INSAN : Ari Paninggal Qolbu teh disebatna AL-BASHIRAH atanapi disebat oge PANON BATIN. Sifatna teh kieu : “ NINGAL DINA WUJUD FIKIRAN, TANGKEPAN AKAL” : Gancang ngarti kana hiji masalah Mangrupi ILHAM, ujug-ujug jelas dina jero Qolbu/Hate, hartina ningal anu Qodim Al-Kholiq. Jadi sing saha anu leuwih kawasa Paningal Qolbuna/Hatena batan paningal panon.., nya paningal Hatena teh tiasa noropong wujud… tangkepan akal pikiran, rahasiah-rahasiah Batin sareng hal-hal gaib. Tah Jalmi anu kitu disebat Arif (Ahli Ma’rifat). Hartosna parantos ningal Dzat – Sifat Allah ku paningal Qolbu/Hatena, sakumaha kasauran Syaidina Ali r.a. : “ ROAETU ROBBI BIAENIL QOLBI FAQUNTU LASYAKKA A’NTA-ANTA”, Anu Hartosna : Katingal Allah ku Paningal Hate/Qolbu kuring, sarta kuring nyarita…, moal salah deui nya Salira Allah. Ari TAHAPAN-TAHAPAN PANINGAL QOLBU/HATE, aya sababara tahapan di antarana kieu : Kalangkan Qolbu/Hate, disebat NURUL AKLI atawa ILMU YAKIN Elmu Yakin nyaeta kayakinan anu timbul saenggeus ayana katerangan tina dalil ﻋـﻠـﻢﺍﻠـﻴـﻘـﻴﻦ ﺍﻠﺬﻯ ﻫـﻮﻤـﻌﺮﻓـﺗـﻪ ﺗـﻌﻼ ﺒـﺎ ﻠﺒﺮﺍﻫـﻴﻦ Artina : Ilmu Yakin nyaeta Ma’rifat ka Allah Ta’ala kalawan sababaraha dalil.
Paningal Qolbu/Hate, disebat NURUL ILMU atawa AINUL YAKIN Elmu Ainul Yakin nyaeta kayakinan anu di dasarkeun kanyataan jeung pembuktian. ﻮﻤﺷﺎﻫﺪ ﺗـﻪ ﺗـﻌﺎﻻ ﻗـﺒﻞ ﻜﻞ ﺷﻰ ﻮﻫـﻮﺍﻠﻤﺴـﻤﻰﻋـﻧﺪﻫﻢ ﺒﺎﻠﻤﻌﺎﻴـﻧـﺔ Artina : Musyahadah ka Allah Ta’ala samemeh nyaksikeun sagala sesuatu anu nurutkeun para Arif disebut Mu’ayanah (Kenyataan/pembuktian). Hakekat Paningal Qolbu/Hate, disebat NURUL HAQ atawa HAQUL YAKIN Haqqul Yakin nyaeta keyakinan anu sabenerna ﺤﻖ ﺍﻠﻴـﻘـﻴـﻦﻫـﻮﻤﺷـﺎﻫـﺪ ﺗـﻪ ﺗـﻌﺎﻻ ﻓﻰ ﻜﻞ ﺷﻰ ﺒـﺎﻻﺤﻠﻮﻞ ﻮﺍﺗـﺤﺎﺪ ﻮﺍﻧـﻔـﺼﺎﻞ ﻮﻻ ﺍﺗﺼﺎﻞ Artina : Haqqul yakin nyaeta musyahadah ka Allah SWT, dilebeut segala sesuatu tanpa Hulul (bersatu), tanpa Ittihad (terpadu), tanpa Ittishol (bersambung) jeung tanpa Infishol (berhubung-hubungan). Upami parantos leungit karagu-raguan, saterasna leungit SIFAT WUJUD DIRI, parantos leungit Rasa Jasmani, nya saharita tiasa ningal Dzat-Sifat Allah…ku Kersaning Allah. Ari satungtung masih keneh ningali sifat-sifat ka Dunya sareng Rasa Jasmani mah…, henteu acan tiasa nguninga Dzat – Sifat Allah, numutkeun dalilna oge :
“ WA ‘ANNALLOHA MAHALUNA’N TASYHADU MAAHU SIWAHU “, Hartosna : Mustahil urang bisa ningali Allah bareng jeung Wujud sejen.
Hakekatna : Upami sifat-sifat anu anyar parantos NAFI (Leungit)… waktu eta ISBAT-na (Hadirna) anu QODIM nyaeta Dzat – Sifat Maha Suci. Dalilna : KULLU SYAEIN KHALIKUN I’LLA WAJHAHU,
Hartosna : Sagala hal ngalaman ruksak, kajaba Dzat Allah anu BAQO (Langgeung). Tah kitu Rai !..., perkawis Paningal Qolbu/Hate teh.
 RADEN KAMIL : Punten Kang !...., kumargi dina seuh-seuhanna mah geuning kana NUR…, malahan tadi disebat-sebat seueur rupina…, mugi Engkang… tiasa ngajelaskeun perkawis NUR anu langkung eces !.
RADEN INSAN : Euhh… Rai teh masih keneh teu acan jelas perkawis NUR, kieu geura Rai !.... : Dina Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 35, dijelaskeun :
“ALLAAHU NUURUSSAMAAWAATI WAL’ARDHI MATSALU NUURIHII KAMISYKAATIN FIIHAA MISHBAAHUN ‘ALMISHBAAHU FIIZU JAAJATIN. A’ZZUJAAJATU KA’ANNAHAA KAWKABUN DURRIYUN YYUUQADU MIN SYAJARATIN MMUBAARAKATIN ZAYTUUNATIN’LLAASYARQIYYATIN WALAA GHARBIYYATIN YYAKAADU ZAYTUHAA YUDHII’U WALAW LAM TAMSHASHU NAARUN. NUURUN ALAA NUURIN. YAHDILLAAHU LI NUURIHII MAN YYASYAA’U. WA YADHRIBU ‘LLAAHU ‘AMTSAALA LINNAASI WA LLAAHU BIKULLI SYAI’IN ALIMUN //. Q.S (24) AN-NUR : 35
Anu Hartosna : Allah masihan NUR (Cahaya) ka Langit sareng Bumi. Cahaya Allah teh ibarat dina hiji LIANG anu henteu tembus. Dijerona aya Lampu gede, aya sajeroeun kaca.. lir Bintang anu Cahayana kawas mutiara. Anu di hurungkeunnana teh ku minyak tina tangkal anu ageung berkahna nyaeta Tangkal Zaitun. Minyakna oge parantos Caang sanajan henteu disengeut. Anu jadina teh henteu di Beulah wetan, henteu di Beulah kulon. Cahaya anu manglapis-lapis NURUN ALA NURIN. Allah ngabingbing kana CahayaNa ka saha bae anu Dikeresakeun. Allah ngajantenkeun conto-conto pikeun manusa, sarta Allah Maha Uninga kana saniskara. Oge salah sawios Hadist Nabi anu diriwayatkeun ku Ibnu Mas’ud r.a, :
Nabi ngadawuh : DI SISI ALLAH MARANEH EUWEUH BEURANG EUWEUH PEUTING, SEDENGKEUN CAHAYA NU LANGIT, NUR BUMI….nyaeta Nur Cahaya Dzat – Sifat Allah. Salajeungna dina Shahikul Muslim, anu diriwayatkeun ku Abi Zarrin, Mantena nyaurkeun :
KURING NAROS KA RASULULLOH…, NGAWALERNA KIEU :
KURING NINGALI “ NUR ‘. Aya deui anu diriwayatkeun ku Abi Said :
ANA’BI SAIDIN QOOLA, QOLA RASULULLOHI TTAQU FIRASATAL MU’MININ FAINNAHU YUNDURU BI NURILLAHI TA’ALA. Hartosna :
Pikasieun Firasat urang Mu’min, sabab sabenerna maranehna ningali ku pitulung NUR CAHAYA ALLAH. Tina Kitab Qusyairiah : AL-KANNANI YAQULU : AL-FIRASATU MUKASYAFATU AL-YAQINI WA MU’AAYANATUL GHAIBI WA HUWA MIN MAQOMATIL IMAN. Hartosna : Al-Kannani sasauran : Firasat, nyaeta Mukasyafatul Yaqin (Nyaeta kabukana tirai/dingding kulantaran kayakinannana). Jeung Mu’ayatul Ghaib (nyatana hal-hal nu Ghaib). Jeung hal eta nyaeta sabagian tina tingkat Ka-Imanan. Rasululloh SAW. Bersabda : AN SYA’IDI AL-KHUDRY RA QOOLA : QOLA RASULULLOHI SALLAHU ALAIHI WASSALAM I’TAQUU FIRASATAL MU’MINI INNAHU YANDHURU BI NURILLAHI AZA WAJALLA Hartosna : Ti Said Al-Khudry r.a. anjeuna nyaurkeun : Rasululloh nyaurkeun “ Ati-ati kana Firasat Jalmi anu ber-Iman, sabab saenyana manehna tiasa ningal kalawan Nur Allah Azza Wa Jalla. Ari NUR teh salah sawios Jenengan Allah dina Asmaul Husna. Allah ngangkeun WujudNa NUR. MantenNa ngajantenkeun KitabNa NUR, RasulNa NUR, sareng AgamaNa NUR. An-NUR… nyaeta titik-titik (cecek-cecek) anu aya dina JERO QOLBU/HATE Jalma. Ku eta NUR… ngalantarankeun bisa uninga mana anu HAQ (Bener) sareng mana anu BATHIL (Salah), anu asalna nyaeta TAQWA. Peryogi kauninga ku Rai !...., kieu : Boh di Alam Semesta (Alam Kabir), boh dina Alam Wujud (Alam Sagir) mangrupi NUR LAHIRIAH, nyaeta : Nur Panon Poe, Nur Bulan, Nur Bintang. Di Alam Malakut (Gaib), mangrupi NUR BATINIAH, anu dibagi 3 (tilu) bagian nyaeta :
NUR ILMU Nyaeta kawas BENTANG, kakuatannana bisa katingali di waktu peuting, anu poek, sarta bisa ningali dina perkara-perkara Akhirat (Gaib).
NUR MA’ANI Nyaeta kawas BULAN, kakuatannana bisa ningali di Tungtung Tauhid sareng bisa ningali (ngintip) ka Dzat Allah.
NUR MA’RIFAT Nyaeta kawas PANON POE, kakuatannana bisa ningali di Tungtung Tafrid (Katunggalan Allah), sareng bisa nguatan kayakinan sarta nyaangan enggoning Pikeun jelasna mah kieu Rai !.... :
Ari NUR ELMU teh Nnyaeta NUR CAHAYA PANON, Nur anu tiasa ningali anu bukti-bukti wungkul. Ieu mah aya disaban jalma malah di sato oge aya.
Ari NUR MA’ANI teh Nyaeta NUR CAHAYA QOLBU/HATE, Nur anu ngandung harti bisa ngajelaskeun Nangkeup Perasaan Akal Pikiran (pipikiran asa cararaang).
Ari NUR MA’RIFAT teh Nyaeta Elmu anu Haqiqi, tiasa ningali kana Dzat-SifatNa Allah Ta’ala. Salajeungna ari gunana NUR pikeun Nyaangan ngungkap tina hakekat sagala hal pikiran nguninga mana anu bener mana anu salah.
Ari gunana PANON QOLBU/HATE, pikeun Hikmah (ningali bebeneran anu hakiki).
Ari gunana QOLBU/HATE, pikeun taat sareng ngalanggar, pikeun ngaku sareng ingkar. Dawuhan Allah : FAMAN SYAROHALLOHU SYODROHU LIL’ISLAMI FAHUWA ALA NURIN MIN ROBBIHI Hartosna : Saha-saha anu di Caangan ku Allah kana Hatena pikeun Islam, eta Jalma kenging pancaran Nur Cahaya. Eta pisan anu nganteur hate ka Hadirat Allah anu Maha Gaib. Tah kitu ngeunaan NUR mah Rai !..., kirang langkungna mah… mugi Rai tiasa nangkep … dipasihan Nur Cahaya ku Allah Nu Maha Suci.
RADEN KAMIL : Kang sagala rupi katerangan di Engkang teh istuning mangrupi Elmu anu henteu kinten munelna kanggo ukur-ukuran sareng nyampurnakeun modal ti Allah Ta’ala sangkan Rai, henteu mubadir Hirup di umbarakeun di Alam Dunya ieu. Nanging Kang !..., panginten tina sajarah Elmu katerangan anu sakitu seueurna teh dina bab Elmu Agama. Panginten aya gurat badagna. Anu pang pentingna kedah dilaksanakeun. Mugi Engkang tiasa masihan wewengan. RADEN INSAN : Leres kitu Rai !..., moal benten urang sakola … kapan rupi-rupi pelajaran… nanging ari anu di angge sapopoe mah geuning mung…. Paling-paling dua tilu pelajaran bae. Sareng deui da Elmu mah moal seep-seep, geuning aya katerangan :
UPAMA TEA MAH ELMU ALLAH BADE DI BUKUKEUN. MANGSINA/TINTANA SA LAUT, TERAS KERTASNA DANGDAUNAN ANU AYA DI IEU ALAM DUNYA…. KALAH KA SEEP MANGSINA SARENG DANGDAUNANNANA BATAN SEEP ELMUNA. Anu mawi geuning sok di silibkeun ku Tangkal Tiwu dina salah sahiji kagiatan salametan, da buktina kapan Tiwu mah tara dituang bukuna, tapi sari patina /amisna tiwu.
Ku kituna… cing urang pilari Sari Patina tina ieu
LAYANG MUSLIMIN MUSLIMAT oge… kieu Rai !.... : Kedah emut kana :
PAMIANGAN – PAGELARAN – PAMULIHAN.
PAMIANGAN ( INNA LILLAHI ) Kedah didasaran ku Iman ka Nu Marentahna. Sing dugi ka Ma’rifat ka MantenNa. Upami parantos Ma’rifat hartosna urang tiasa nga-Haqul Yakinkeun kana Dalil :
INNA LILLAHI, Asal ti Alam Ahadiat (Dzat) - Alam Wahdat (Sifat) – Alam Wahidiat (Asma). Ieu kedah kapendak ka uninga ti ayeuna !...., margi eta teh Asal Pamiangan urang…, anu tangtuna oge KIBLAT PANGBALIKAN URANG.
PAGELARAN Dina mangsa gumelar di Pangumbaraan mah salian urang kedah Iman kanu Marentahna teh … oge kedah disarengan ku Iman kana Parentahannana. Sing tumut, taat kana ukuran-ukuran jeung katangtuan-katangtuan, sajeroning urang rumingkang di : Alam Arwah – Alam Ajsam – Alam Misal (Elmu Ma’rifat ka Asal) – Alam Insan Kamil (Manusa Sampurna). Ieu Alam anu opat dina Pagelaran teh mangrupa Af’al-Na Allah Ta’ala. Sajeroning di umbarakeun teh …,
Diri urang kedah di eusian ku : Elmu Pengetahuan sareng Elmu Teknologi (IPTEK). Elmu Rasululloh … ku RUKUN AGAMA (Sareat – Tarekat – Hakekat – Ma’rifat).
Iman tur Taqwa (IMTAQ).
TAKHALLI Ngosongkeun tina Tekad – Ucap – Lampah anu goreng, anu ngarugikeun batur, anu ngaruksak tur nyilakakeun batur. (Nafsu Amarah, Lowamah, Sawiyah).
Hadas Leutik : Tekad (Hate) ulah aya : Sirik pidik jail kaniaya, goring sangka, ujub, ria, takabur jeung munapek.
Ucap (Baham) ulah aya bohong, ngupat simuat, mitnah, gureuhan, cawadan, openan, songong, sugal jeung garihal. Lampah (Wujud) ulah 5M, Maen, Mabok, Maling, Madon (lacur), Mateni (Maehan).
TAHALLI Upama wujud urang parantos kosong atawa bersih tina kokotor (dosa), tinggal diseusian ku Tekad – Ucap – Lampah anu hade (Nafsu Mutmainah).
Husyu ibadah : Solat Sareat, Solat Tarekat (Solat Husus), Solat Da’im (khususil khusus = Saendeng-endeng).
Amalna : Sopan santun, hormat ka Sepuh, ka Guru, ka Ratu (Pamarentah), bear budi, someah hade kasemah, berehan. TAZALLI Kumargi Diri (Wujud) urang parantos kosong, bersih tina dosa-dosa, nyingray Hijab (pipinding)…, atuh molongpong Panon Qolbu tiasa Awas ka NUR MUHAMMAD atuh ka beh dituna NURULLOH (JOHAR AWAL).
PAMULIHAN Tah dina Pamulihan oge, upami urang tiasa ajeg ngalaksanakeun TAKHALLI – TAHALLI – TAZALLI, insya Allah tiasa nyumponan Dalil :
WA INNA ILLAIHI ROJI’UN. Kieu ari blakna mah :
LEBUR BADAN Jadi NYAWA (RASA JASMANI)
LEBUR NYAWA Jadi RASA (RASA ROHANI = Narun, Hawaun, Ma’un, Turabbun atawa NUR MUHAMMAD). Ieu mah disebut PULANG KA ASAL, ngaraos NI’MAT (SAWARGA).
LEBUR RASA Jadi CAHAYA (RASA NURANI ) = Nurulloh, Johar Awal, Hakekat Muhammad (Sagara Hirup).
LEBUR CAHAYA, Mulih RASANA maring DZATTULLOH, SIRNA MARING KERSANA…ALAM SUWUNG (Dzat Laesa Kamislihi Syaeun). Ieu anu disebut PULIH KA JATI.
Ieu pisan Rai !..., Kiblat Pamulihan… anu jadi panyileukan tur udagan sarerea.
RADEN KAMIL : Hatur nuhun parantos kahartos perkawis papahaman ti kawit Pamiangan, teras Pagelaran, atuh dipungkas ku Pamulihan. Tah ayeuna mah…, mugi pang nuduhkeun… upami Kiblat Pamulihan Rai..! hoyong ka dinya, kedah ka mana ?, sareng kedah kumaha ?.
RADEN INSAN : Ari kendaraan teh nyaeta TAREKAT. Seueur .. tinggal milih mana anu sakinten enggal dugi. Bade “ TAREKAT QODARIAH, TAREKAT NAKSYABANDIAH, TAREKAT MUHAMMADIAH, TAREKAT ANFASIAH, TAREKAT JUJIAH, TAREKAT KAMALIAH, atawa TAREKAT HAQ MALIAH jsb. Engke Rai !...., baris dipasihan katerangan sareng cara-cara sakumaha mistina ti Guru Tuduh, anu nuduhkeun pikeun tepang sareng Guru Mursid (Sajatining Guru = Guru Batin). Tah…Rai…, kanyaah, ka asih Engkang…. Mangrupi PAPAHAMAN ELMU AGAMA, bawiraos parantos ngawengku kana sasaran-sasaran udagan anu janten panyileukan urang. Kantun…, naha Rai !..., kenging TAUFIK HIDAYAH aya jorojoy manah… hoyong nyusul Konci Pamuka Lawang anu aya di Guru Tuduh tea. CAG !....., URANG CEKAPKEUN DUGI KADIEU    
                                           ---- 00000 TAMAT 00000 ----